Admin : AA H. RONY KP.SABRANG, JAWILAN - SERANG - BANTEN 42177.Telp. +6281280485019 (Indonesia) dan +967715138399 (Yemen).
بـــسـم الله الرحمن الرحيم السّـلام عليكم ورحمة الله وبركاتـه بعد تحــية وبعــد ...... شهر رمضان المبارك والمعظم === أبعث لسعادتكم === بأخلص التهاني وأطيب التمنيات والأماني بالشهر الفضيل, تقبل الله منا ومنكم صيامنا وصيامكم, قيامنا وقيامكم... سائلين الله أن يعيده علينا وعليكم بالصحة والسعادة وأن يجعل الله العلي القدير هذا الشهر عليكم مباركا خيرا ويمنا.. وعلى أمتنا الإسلامية تقدما وازدهارا... وكل عام وأنتم والجميع بخير ولكم مني جزيل الشكر والتقدير وجزاكم الله الخير. والسّـلام عليكم ورحمة الله وبركاته أخوكم في الله الحاج بكراني لاتار
AA H. RONY DAN KELUARGA BESAR DI SABRANG SERTA SELURUH MASYARAKAT JAWILAN MENGUCAPKAN "SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1434 H SEMOGA KITA BISA MENJADI LEBIH BAIK DI HARI-HARI YANG AKAN DATANG"

Masalah

SISTEMATIKA BELAJAR
Peranan guru berikutnya ialah membangkitkan motivasi dalam diri peserta didiknya agar semakin aktif belajar. Ada dua jenis motivasi, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi pertama, ialah motivasi atau dorongan serta gairah yang timbul dari dalam peserta didik itu sendiri, misalnya ingin mendapat manfaat praktis dari pelajaran, ingin mendapat penghargaan dari teman terutama dari guru, ingin mendapat nilai yang baik sebagai bukti "mampu berbuat". Motivasi kedua mengacu kepada faktor-faktor luar yang turut mendorong munculnya gairah belajar, seperti lingkungan sosial yang membangun dalam kelompok, lingkungan fisik yang memberi suasana nyaman, tekanan, kompetisi, termasuk fasilitas belajar yang memadai dan membangkitkan minat.
Bisa saja timbul reaksi dalam diri guru yang bertanya, "Mengapa saya harus pusing dengan soal motivasi?" Jawabannya sederhana. Ada tiga alasan mendasar tentang pentingnya motivasi.
a.Watak dan sifat manusia yang membutuhkan dorongan, desakan, dan rangsangan dari sesamanya. "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya". "Bertolong-tolonganlah kamu menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus," begitu tegas Rasul Paulus
b.Sebagai proses dan upaya apa adanya, sifat perbuatan belajar itu sendiri sangat membutuhkan "suntikan-suntikan" atau dorongan. Kita tahu bahwa dorongan dapat terjadi melalui tantangan ataupun hukuman, serta melalui pujian dan penghargaan. "Kita yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya"
c.Tidak ada ukuran satu metode mengajar yang paling baik yang dapat dipakai dalam setiap kesempatan dan jenis kegiatan belajar. Jadi, kalau ada peserta didik yang kurang bergairah dalam mengikuti pelajaran, guru harus sadar bahwa barangkali metode atau pendekatan yang dipilihnya kurang relevan dan ia harus berusaha mencari metode alternatif.
Strategi utama dalam membangkitkan motivasi belajar pada dasarnya terletak pada guru atau pengajar itu sendiri. Menurut McKeachie (1986), kemampuan guru menjadikan dirinya model yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan kesanggupan dalam diri peserta didik merupakan aset utama dalam membangkitkan motivasi.
Oleh karena itu, seorang guru sudah seharusnya mengembangkan beberapa jenis kualitas berikut agar dapat berperan aktif sebagai motivator.
1.Meningkatkan kemampuan yang dapat menampilkan penguasaan bahan atau pengetahuan. Untuk itu, ia harus banyak belajar dan terus belajar melalui berbagai media dan sumber yang terkait dengan bidangnya. Seorang guru yang ahli di bidangnya tidaklah berarti terbebas dari kesalahan, kekurangan, atau kekeliruan. Sama sekali tidak. Namun, janganlah sampai frekuensi kekhilafannya sangat menonjol dalam interaksi dengan peserta didiknya. Janganlah sering terdengar jawaban, "Maaf saya tidak tahu!" ketika berhadapan dengan pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik. Hal demikian akan melemahkan kepercayaan mereka terhadap sang guru.
2.Menunjukkan sikap memahami secara mendalam terhadap perasaan dan pengalaman peserta didik, khususnya yang menyangkut kelemahan maupun kekurangan dalam sikap dan kemampuan akademis. Sikap demikian bukan berarti bahwa guru menyetujui kekurangan atau penyimpangan sikap dan tingkah laku yang ditunjukkan peserta didik. Akan tetapi dengan sikap empati, guru mengharapkan perubahan dalam "kesempatan kedua" yang masih ia berikan kepada peserta didik.
3.Menunjukkan semangat mencintai bidang studi yang digelutinya. Guru-guru "cadangan" yang mengajar dengan kualitas "kurang menguasai" materi pengajaran cenderung melemahkan semangat belajar peserta didiknya.
4.Memberikan penjelasan terhadap hal-hal yang masih "kabur" atau kurang jelas, dengan bahasa dan sikap yang dapat dimengerti. Tugas ini menyangkut penjelasan yang baik tentang materi pelajaran dan mengenai strategi belajar untuk memperoleh angka yang baik.
Ditinjau dari segi iman Kristen, konsep mengenai manusia sebagai pribadi ciptaan Allah, peserta didik berhak mendapatkan informasi dari gurunya tentang bagaimana mereka dapat memperoleh nilai yang memuaskan
TIDAK JARANG ORANG YANG SUKSES LANTARAN DIA DIAWALI DENGAN SEBUAH KEGAGALAN DAN MENCONTOH/MENGAMBIL IBROH/PELAJARAN ATAS ORANG ORANG YANG TENGAH BERBUAT SALAH…… NAMUN SESUDAHNYA …..TIADA LAIN ADALAH "KESUKSESAN"

bermuara dari pengalaman pribadi penulisnya, kita bisa Belajar
kesalahan-kesalahan dan kegagalan-kegagalan mereka sehingga kita
tidak perlu mengulanginya. Jelasnya, dengan membaca kita diberi
kesempatan untuk test drive dengan simulator secara cuma-cuma, tanpa
perlu mengalami kepahitan hidup seperti yang mereka alami. Cukup
dengan menerima informasi dengan hati terbuka dan pikiran yang siap
menyerapnya, kita mestinya sudah bisa belajar dari kesalahan orang
lain.
Lantas, apakah hanya dengan membaca? Jelas tidak. Setiap saat indera
kita bekerja, kita sedang belajar dari Universitas Kehidupan. Saya
dan Anda, kita semua, dalam setiap detik mengalami pembelajaran baik
secara sadar maupun tidak sadar. Apa yang kita lihat, dengar, dan
rasakan, adalah materi pembelajaran. Bagaimana kita memulung dan
menggunakan hasil pulungan itulah yang menjadi bekal hidup di masa
kini dan masa yang akan datang. Istilah memulung dari kehidupan ini
saya pinjam dari Bung Andrias Harefa (terima kasih, istilah ini kena
sekali).
Saya kenal banyak orang yang mengulangi kesalahan-kesalahan diri
sendiri di masa lampau. Apalagi kesalahan-kesalahan orang lain.
Padahal, jelas-jelas hal-hal tersebut terjadi di depan matanya
sendiri. Misalnya, menurut data statistik, seseorang yang mempunyai
masa kecil kelabu?seperti seringnya dipukul oleh orangtua?kemungkinan
besar ketika mempunyai anak sendiri pun akan menjadi orangtua yang
gemar memukul. Seseorang yang mempunyai orangtua yang kawin cerai,
kemungkinan besar akan menjadi seseorang yang gemar kawin cerai pula.
Apalagi ada kata mutiara yang berkata, “Buah jatuh tidak jauh dari
pohonnya.” Ini jelas merupakan suatu `indoktrinasi’ yang terjadi
secara tidak disengaja, namun diperkuat oleh kultur yang mengungkung.
Saya sendiri seringkali merasa terkungkung oleh nosi yang salah
kaprah ini. Bahkan sampai hari ini, kadang-kadang masih timbul suatu
keragu-raguan dalam bertindak hanya karena persepsi saya yang salah
atas kehidupan dan di mana saya berdiri.
Sering kali, saya merasa `tidak berdaya’ karena masa lalu dan
kekhawatiran akan masa yang akan datang, yang sesungguhnya hanyalah
berasal dari indoktrinasi masa lalu yang salah. (Istilah indoktrinasi
di sini saya gunakan dalam konteks yang sangat relaks, yaitu
bagaimana suatu proses penempatan konsep diri yang biasanya `salah
kaprah’ tertanam sedalam-dalamnya sehingga sulit digeser.) Beberapa
tahun lalu, saya sangatlah memandang diri sendiri sebagai seseorang
dengan latar belakang keluarga yang tidak begitu sempurna serta tidak
punya banyak uang, sehingga saya merasa menjadi `diri yang cacat’.
Untungnya, dengan tempaan dan mengindoktrinasi diri saya kembali,
saya belajar ulang dari kehidupan dan menghapus segala macam
informasi yang membuat pikiran saya menjadi `cacat’. Ya, bukan saya
yang cacat, namun pikiran saya.
Bagaimana saya belajar ulang atas buku kehidupan yang sudah separuh
jalan ini (dengan asumi usia normal manusia 70 tahun)? Mudah saja.
Refleksi seperlunya dan lakukan secara pragmatis. Jangan libatkan
perasaan. Kalau dilibatkan pun, usahakan seminimal mungkin.
Pertama: Setiap solusi pasti ada pemecahannya yang berasal dari
pemikiran jernih saat itu juga. Jelas, pemecahan ini bukan berasal
dari pemikiran njelimet tidak karu-karuan. Apalagi kalau dibumbui
segala macam nasihat orang lain?yang mungkin pengalaman hidupnya
getir dan pahit?sehingga saran-saran mereka malah mengungkung hasil
akhir dan bukan memberikan solusi.
Karena itu diperlukan latihan memenggal-menggal permasalahan dan
mengkotak-kotakkannya dalam ukuran yang kecil, sehingga bisa dicerna
dengan mudah. Pilah-pilahkan masalah besar menjadi beberapa masalah
kecil, lantas dengan visualisasi di dalam benak Anda, bayangkan Anda
seorang raksasa yang sedang menghantam masalah-masalah kecil tersebut
dalam satu kali sapuan bersih.
Pada saat itu juga masalah hendaknya dipecahkan. Jika tidak
memungkinkan, tulis tindakan lanjutan yang sebenarnya sudah merupakan
pemecahan masalah, namun hanya ditunda sampai waktu dan kesempatan
yang tepat. Sesudah itu, jangan dipikir-pikirkan lagi sampai waktunya
untuk diangkat kembali.
Kedua: Membandingkan masalah kita dengan masalah orang lain yang
serupa. Dari pergaulan sehari-hari dan memperhatikan bagaimana
anggota keluarga kita menjalankan kehidupan, kita bisa dengan mudah
membandingkan suatu situasi yang kita alami dengan bagaimana cara
mereka memecahkan masalah.
Tujuannya bukanlah untuk mengikuti cara mereka dalam memecahkan
masalah. Namun, untuk melihat secara obyektif bagaimana suatu
pemecahan masalah membawa dampak jangka panjang. Misalnya, seorang
ibu yang suka memukul anaknya. Dalam benaknya sudah tertanam anggapan
bahwa itulah cara terbaik dalam mendidik anak yang sedang bermasalah
atau sedang nakal-nakalnya. Lantas, ketika si anak itu sudah
mempunyai anak sendiri, cara itu pula yang ia gunakan untuk mendidik
anaknya. Ini cara yang salah karena ia tidak melihat dampak jangka
panjang dari memukul anak ini secara obyektif. Malah, ia mengulangi
luka-luka lama.
Intinya, kita mesti dengan jeli melihat bagaimana orang lain
bertindak, mengamati dampak dari perbuatan tersebut, dan mengambil
sarinya untuk kepentingan kita sendiri, terutama dalam memecahkan
masalah. Jika cara pemecahan masalah tersebut kelihatan overacting,
seperti si ibu yang gemar memukul tadi, renungkan cara lain yang
lebih kena tanpa menggunakan kekerasan.
Ciri-ciri pemecahan masalah yang salah pun perlu diidentifikasi. Apa
saja ciri-cirinya? Antara lain adalah terlalu berlebihan, terlalu
rumit, dan terlalu mementingkan pandangan sendiri tanpa melibatkan
persepsi orang lain. Anda pasti bisa tambahkan lagi ciri-ciri lainnya
apabila mampu melihat dengan obyektif dan saksama bagaimana orang-
orang di sekeliling Anda memecahkan masalah.
Idealnya, suatu masalah dipecahkan dengan solusi yang berasal dari
nurani, dari pemikiran yang obyektif serta jernih. Jangan
memperpanjang dan memperumit masalah. Pilah-pilah masalah besar
menjadi masalah-masalah liliput yang bisa diterjang dalam satu kali
hempasan. Belajar dari kesalahan orang lain, jadikan itu menjadi
bagian kita, namun pilih pemecahan yang terbaik dalam situasi kita
sendiri.
Hidup itu simpel saja, kok! Ada banyak simulator `gratis’ yang bisa
memperkenalkan kita kepada begitu masalah yang belum kita alami. Test
drive your life dengan menggunakan kesalahan orang lain sebagai bahan
pembelajaran. Dan, itulah rahasia sukses saya dalam menghadapi setiap
masalah

Sumber:
Menjadi Guru Profesional Sebuah Perspektif Kristiani, B. Samuel Sidjabat, M.Th., Ed.D., , BabMasalah Motivasi Belajar, halaman 109 - 112, Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993.

Belajar dari Kesalahan Orang Lain oleh Jennie S. Bev. Jennie
S. Bev adalah entrepreneur, edukator, kontemplator, motivator dan
pelaku seni digital (digital arts) berbasis di California Utara. Ia
telah menerbitkan lebih dari 50 ebooks, sedang proses editing
beberapa buku print, dan sedang proses produksi film pendek
bersetting di Paris, Perancis.

1 komentar:

Admin : Buya Albi mengatakan...

asalamualaikum
mas ibnuellater nama aslinya siapa,dan ibnu itu nama pena kan,sekarang kuliah or sekolah dimana?

=============================================================
SOBAT SILAHKAN KIRIMKAN TULISAN ANDA DI KISAH JAWILAN
=============================================================
Nama
Email
No HP
Belajar
Judul
Kategori
Tulisan
Pesan

kirimkan Photo Penulis ke email : bakronilatar@yahoo.co.id Terimakasih Telah Berpartisipasi Tulisan di Kisah Jawilan, setelah mengirimkan tulisan mohon sms ke aa Rony di +6281280485019


=======================================================================
Komentar Terbaru
VISITOR KISAH JAWILAN MOHON TINGGALKAN PESAN DISINI

Mari Gabung Disini !!!

KISAH JAWILAN DAN NEGERI SABA' © 2008 Por A H.RONY