Admin : AA H. RONY KP.SABRANG, JAWILAN - SERANG - BANTEN 42177.Telp. +6281280485019 (Indonesia) dan +967715138399 (Yemen).
بـــسـم الله الرحمن الرحيم السّـلام عليكم ورحمة الله وبركاتـه بعد تحــية وبعــد ...... شهر رمضان المبارك والمعظم === أبعث لسعادتكم === بأخلص التهاني وأطيب التمنيات والأماني بالشهر الفضيل, تقبل الله منا ومنكم صيامنا وصيامكم, قيامنا وقيامكم... سائلين الله أن يعيده علينا وعليكم بالصحة والسعادة وأن يجعل الله العلي القدير هذا الشهر عليكم مباركا خيرا ويمنا.. وعلى أمتنا الإسلامية تقدما وازدهارا... وكل عام وأنتم والجميع بخير ولكم مني جزيل الشكر والتقدير وجزاكم الله الخير. والسّـلام عليكم ورحمة الله وبركاته أخوكم في الله الحاج بكراني لاتار
AA H. RONY DAN KELUARGA BESAR DI SABRANG SERTA SELURUH MASYARAKAT JAWILAN MENGUCAPKAN "SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1434 H SEMOGA KITA BISA MENJADI LEBIH BAIK DI HARI-HARI YANG AKAN DATANG"

BAGAIMANA KIAT MEMPERBARUI

BAGAIMANA KIAT MEMPERBARUI
IMAN?

Pertanyannya, bagaimana kiat memperbarui iman?

Jawaban tuntas pertanyaan di atas bukan dihalaman buku kecil ini. Di sini, saya akan membahasnya sekilas dan sekedar memberi isyarat yang kadang tidak perlu lagi dijelaskan. Barangsiapa bisa memahami isyarat itu, mengamalkannya, dan mengajarkannya kepada orang lain, ia beruntung. Rekonstruksi iman itu mudah bagi orang yang diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala, menyiapkan hati dan jiwanya.
Banyak sarana yang bisa dipakai orang Muslim untuk memperbarui imannya. Misalnya, ziarah kubur.

Atau mengunjungi orang-orang shalih, orang-orang bertakwa, ulama tepercaya, dan orang-orang ikhlas. Atau membaca sirah generasi salaf, sirah orang-orang ahli ibadah, orang-orang zuhud, mujahidin, para pembela kebenaran, orang-orang sabar, dan orang-orang yang bersyukur. Atau acara yang membahas itu semua. Atau memikirkan “hari-hari” Allah Ta’ala. Atau meningkatkan porsi ibadah. Atau melaksanakan ibadah umrah, terutama pada bulan Ramadhan bagi orang yang mampu melaksanakannya. Atau menyendiri dengan diri sendiri setiap hari atau dari waktu ke waktu kendati sebentar. Atau memperbanyak khatam Al-Qur’an. Atau berdoa. Atau bersedekah. Atau qiyamul lail, saya hanya membahas sebagian dari hal-hal ini.

1. Membaca Sirah Generasi Salaf
Membaca sirah orang-orang zuhud membuat hati menjadi zuhud. Membaca sirah mujahidin dan syuhada’ membuat hati melayang-layang di langit, hingga seperti hidup bersama mereka, belajar pada mereka, dan berharap bisa menjadi salah seorang dari mereka. Bahkan, membaca sirah mujahidin membuat salah seorang dari kita seperti bergabung di barisan mereka, atau naik kuda berperang dengan mereka, dan menyerang di medan perang. Sirah Khalid bin Al-Walid, Sa’ad bin Abu Waqqash, Abu Ubadah Amir bin Al-Jarrah, Ikrimah, Al-Miqdad, dan Al-Mutsanna, itu menghidupkan hati siapa saja yang kenal mereka, memotivasi banyak orang untuk mati syahid di jalan Allah Ta’ala, mendorong orang berkorban, dan menyuburkan pohon Islam dengan darah syuhada’.
Karenanya, generasi sahabat mengajarkan perang-perang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada anak-anak mereka, seperti mereka mengajarkan ayat-ayat Al-Qur’an kepada mereka.

Sirah tokoh seperti Khalid bin Al-Walid sudah cukup menghidupkan hati umat secara keseluruhan, meledakkan semangat mereka, dan menguatkan tekad mereka. Salah satu rezim sekuler melarang diajarkannya buku Abqariyatu Khalid, yang tadinya menjadi kurikulum SMU sejak beberapa tahun di negara itu. Sebab, sirah Khalid bin Al-Walid Radhiyallahu Anhu menimbulkan pengaruh signifikan pada murid-murid SMU di negara itu. Padahal, buku Abqariyatu Khalid bukan rujukan utama dan ideal untuk mengkaji biografi Khalid bin Al-Walid secara utuh. Kendati demikian, buku itu punya pengaruh besar pada umat, yang tadinya ghirah mereka nyaris mati.

Biografi Khalid bin Al-Walid dan semisalnya membuat orang Muslim meremehkan dunia, syahwat, dan kenikmatannya yang umurnya seumur jagung. Juga membuatnya cinta kematian dan berjalan di bintang, padahal tubuhnya ada di bumi. Juga membuatnya mengecilkan arti dirinya yang selalu memikirkan danlengket dengan perhiasan murahan, dunia. Biografi mereka seringkali menghilangkan ketakutan, kecemasan, dan bujuk rayu setan, dari hati manusia. Juga memotivasi hati mereka untuk bertawakkal secara benar kepada Allah Ta’ala.

Sedang membaca biografi orang-orang zuhud dan orang-orang shalih, maka menumbuhkan pohon zuhud di hati sekaligus mengairinya hingga tumbuh subur di dalamnya dan menghasilkan buah atas izin Allah Ta’ala.
Sedang biografi orang-orang ahli ibadah, maka men-tarbiyah jiwa manusia untuk gemar melakukan qiyamul lail, puasa, dzikir, berdoa, khusyuk, dan menangis karena takut Allah Ta’ala. Biografi orang-orang yang bertaubat menumbuhkan benih-benih taubat di hati manusia dan menggerakkan hati yang tadinya keras karena sangat jauh dari Tuhannya. Juga membuka kran-kran airmata penyesalan dan taubat pada mata yang tadinya tidak kenal menangis karena takut Allah Ta’ala.

Sebelum mengakhiri pembahasan tema ini, saya ingin mengingatkan dua hal penting:
1. Hendaknya aktivis Islam tidak hanya membaca bigrafi orang-orang shalih pada zaman tertentu. Tapi, semua biografi orang-orang shalih sejak zaman sahabat hingga zaman kita sekarang.

2. Membaca biografi orang-orang shalih tidak membuahkan hasil maksimal, kecuali jika ktivis Islam mengosongkan hatinya dari seluruh kesibukan. Ia hidup dengan perasaan, hati, dan seluruh organ tubuhnya, bersama biografi orang-orang shalih tersebut. Ia baca biografi mereka, dengan mengosongkan hatinya dari seluruh kesibukan yang menghalanginya menyelam di lautan mutiara biografi mereka. Sebaiknya diadakan acara tambahan, yaitu ada seorang aktivis yang menyampaikan hikmah-hikmah yang bisa diambil dari biografi tersebut, terutama yang terkait dengan keimanan. Sebaiknya aktivis yang menyampaikan hikmah disyaratkan berwawasan luas, bertakwa, shalih, sering memberikan dananya di jalan Allah Ta’ala, punya pemahaman mendalam tentang sirah dan sejarah Islam. Jika itu dapat kita lakukan, kita mengerjakan kebaikan besar. Tapi, fakta di lapangan menunjukkan bahwa syarat-syarat tersebut tidak ada pada banyak aktivis dan hanya ada pada sebangian kecil mereka. Kendati demikian, mereka punya pengaruh besar dalam merekonstruksi iman di gerakan dakwah.

2. Menyendiri dengan Diri Sendiri

Sarana lain untuk memperbarui iman ialah aktivis Islam menyendiri (khalwat) dengan dirinya sendiri. Khalwat di sini bukan khalwat untuk mengerjakan qiyamul lail, dzikir, dan membaca Al-Qur’an. Tapi, khalwat lain. Disebutkan di salah satu atsar bahwa orang berakal punya empat waktu. Salah satunya ialah saat ia menyendiri dengan dirinya sendiri.

Ber-khalwat sangat urgen bagi aktivis Islam. Dengan ber-khalwat, ia dapat berduaan dengan Allah Ta’ala, damai dan dekat dengan-Nya, serta merasakan lezatnya bermunajat kepada-Nya. Dengan ber-khlawat, aktivis Islam juga dapat mengevaluasi dirinya dan berduaan dengannya seperti posisi seorang mitra yang pelit di depan mitranya. Ia mengevaluasi dirinya tanpa mengharap pujian orang lain dan merasakan penyembahannya di depan Allah Ta’ala. Ketika ber-khalwat, ia ingat dosa, kemaksiatan, dan kelelaiannya, terutama kemaksiatan batin yang tidak diketahui sendiri. Ketika ber-khalwat, ia tumpahkan airmata penyesalan dan taubat. Ia juga menangis karena kebesaran-Nya. Barangkali, airmata jujur yang keluar dari matanya itu lebih bermanfaat baginya daripada sekian banyak amal yang ia banggakan selama ini.

Anda tentu heran pada aktivis Islam yang beriltizam dengan Islam sekian tahun, tapi Anda tidak pernah melihatnya menangis karena takut Allah Ta’ala dan malu kepada-Nya. Siapa kondisinya seperti itu, maka kontribusinya untuk agama nyaris tidak dikenang orang. Ia juga tidak masuk dalam kelompok “tujuh” yang dilindungi Allah Ta’ala di bawah naungan-Nya, saat tidak ada naungan selain naungan-Nya. Salah satunya ialah orang sendirian dzikir kepada-Nya, lalu kedua matanya mengeluarkan airmata.

Perhatikan kata, “Sendirian,” di hadits tadi. Ya, orang tersebut menyendiri tanpa punya keinginan untuk cari pamor. Khalwat perlu dilengkapi dengan sikap ikhlas karena Allah Ta’ala. Ketika ber-khalwat, aktivis Islam mesti ingat nikmat-nikmat Allah Ta’ala pada darinya, saudara-saudaranya sesama aktivis, dan gerakan dakwahnya. Ia pikirkan bagaimana Allah Ta’ala memuliakan dirinya. Nikmat paling agung dan berharga dalam hal ini ialah nikmat petunjuk. Hati dan tubuhnya tidak henti-hentinya mengucapkan firman Allah Ta’ala,

“Dan kami sekali-kali tidak mendapatkan petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk.” (Al-A’raaf: 43).

Ia juga berpikir, kalaupun manusia menerima dirinya dan dakwahnya, maka itu bukan karena kefasikan lidahnya, atau keindahan bahasanya, atau daya tarik tutur katanya, atau ilmunya. Tapi, murni karena petunjuk Allah Ta’ala kepadanya, karunia-Nya kepada dirinya, dan kemurahan-Nya. Ia ingat tidak lupa bahwa Allah Ta’ala menjaga dirinya dan saudara-saudaranya sesama aktivis dari gangguan musuh-musuh Islam. Mereka sangat banyak pada zaman ini dan tangguh. Ia juga ingat Allah Ta’ala mengembalikan makar mereka kepada mereka sendiri.

Itu terjadi, bukan karena ia telah berjihad, membuat perencanaan dakwah, bersiap-siap, menyerang, menghancurkan lawan, memberi jaminan keamanan, dan mengatur. Itu semua terjadi karena karunia Allah Ta’ala. Kalau bukan karena karunia-Nya, maka apa yang telah ia kerjakan menjadi penyebab musuh menguasai dirinya, saudara-saudaranya sesama aktivis, dan kehancuran saudara-saudaranya sesama aktivis. Allah Ta’ala berfirman,

“Tapi Allah menyelamatkan.” (Al-Anfal: 43).

Ia juga merenung, betapa semua nikmat ini perlu disyukuri dengan maksimal dan apakah ia telah menyukurinya?
Ketika melakukan khalwat, aktivis Islam ingat cobaan dan musibah yang terjadi pada dirinya dan saudara-saudaranya sesama aktivis. Bisa jadi, cobaan dan musibah itu terjadi karena dosa-dosanya, apalagi jika ia qiyadah. Ia pun menyadari firman Allah Ta’ala,

“Katakanlah, ‘Itu diri kalian sendiri’.” (Ali Imran: 165).

Lalu, ia membulatkan tekad untuk bertaubat dari dosa-dosanya, menambal apa yang selama ini robek, dan memperbaiki kesalahannya. Ia bertekad melakukan hal itu jika melihat masih banyak hal pada saudara-saudaranya yang perlu ia perbaiki.
Seorang generasi salaf berkata, “Cobaan terjadi karena dosa dan cobaan hilang dengan taubat.”

Dalam ber-khalwat, ia membiasakan diri mengkaji dengan cermat sebab-sebab terjadinya cobaan dari aspek agama dan tidak hanya dari aspek dunia saja.
Banyak manfaat yang bisa diambil dari ber-khalwat. Buku ini tidak cukup untuk membahas itu semua. Dan, saya percaya Anda dapat memahami hal-hal lain yang tidak saya tulis di buku ini, dengan kecerdasan otak Anda.

3. Mengerjakan Pekerjaan-Pekerjaan Sederhana

Sarana lain untuk memperbarui iman ialah aktivis Islam rajin mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang melatihnya bersikap rendah hati dan mengikis dorongan ujub dari dirinya yang selalu menyuruh kepada keburukan. Terutama, jika ia merasakan ada bibit-bibit kesombongan mulai merasuki dirinya atau ia diingatkan murabbi dan syaikhnya bahwa ada bibit kesombongan pada dirinya. Ia perlu mengerjakan ppekerjaan-pekerjaan sederhana itu, dengan syarat tidak mengorbankan pekerjaan-pekerjaan yang lebih penting. Contoh-contoh pekerjaan sederhana yang lebih penting. Contoh-contoh pekerjaan sederhana di sini ialaha membawakan sandal orang Muslim yang buta dan orang shalih di masjid.

Atau mengenakan sandal orang buta tersebut ketika ia hendak keluar dari masjid, lalu mengantarkannya pulang hingga tiba di rumah. Atau membersihkan dan menyapu masjid. Atau membantu secara langsung anak yatim, orang sakit, dan memenuhi kebutuhan mereka. Atau membelikan beberapa kebutuhan salah seorang aktivis Islam yang sedang mendapat musibah. Ini sekedar contoh saja dan semua aktivis itu punya banyak manfaat yang tidak dapat dihitung di buku ini.

Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu membawa tempat air dari kulit di atas punggungnya, untuk ia berikan kepada sebagian rumah kaum Muslimin. Ketika ditanya kenapa ia berbuat seperti itu, ia menjawab, “Aku bangga dengan diriku, lalu aku ingin memberinya pelajaran (dengan berbuat seperti ini).” Ia juga mengobati unta yang menderita sakit kulit. Ia pernah berlomba dengan Abu Bakar Radhiyallahu Anhu pergi ke rumah para janda kaum Muslimin, untuk memasak, atau menyapu, atau membuat tepung untuk mereka. Tapi, Abu Bakar Radhiyallahu Anhu selalu unggul dalam hal ini.
Banyak hal yang bisa dikerjakan aktivis Islam dalam hal ini. Yapi, dengan syarat, ia tidak boleh menelantarkan pekerjaan-pekerjaan lain yang lebih penting, seperti telah saya jelaskan sebelumnya.

4. Ziarah Kubur

Sarana lain untuk menperbarui iman ialah aktivis Islam rajin menziarahi kuburan. Ia duduk di sana, sembari merenung, berdoa untuk diri sendiri dan orang-orang beriman yang telah meninggal dunia, serta ingat kematian. Ia berpikir, bagaimana seandainya ia sudah meninggal dunia dan disemayamkan di kuburan itu! Kira-kira ia dihisap Allah Ta’ala seperti apa? Bagaimana jawaban yang ia berikan kepada-Nya? Apakah ia menjadi orang beruntung atau sebaliknya?

Ia renungkan bahwa orang-orang yang dimakamkan di kuburan itu beragam. Ada orang kuat, orang lemah, orang dzalim, orang yang didzalimi, orang kaya, orang miskin, penguasa, rakyat biasa, remaja, orang tua, orang shalih, dan orang bejat. Mereka sekarang berada di bawah tanah, meinggalkan dunia dengan segala pesonanya dengan senang hati atau ogah-ogahan, berpisah dengan orang-orang yang mereka cintai, dan tidak ada yang mereka bawa ke kuburan selain amal perbuatan mereka. Siapa amalnya baik, kuburannya menjadi taman surga. Siapa amalnya tidak baik, kuburannya menjadi kubangan neraka. Kita berlindung diri kepada Allah Ta’ala dari kuburan seperti itu.
Ketika menziarahi kuburan, ia ingat dosa dan kesalahannya. Ia konsentrasikan otaknya, lalu bertekad kuat tanpa ragu sedikit pun, untuk bertaubat dengan jujur dan beramal dengan serius untuk membela Islam.

Sungguh memprihatinkan, ada aktivis Islam yang tidak pernah menziarahi kuburan selama bertahun-tahun. Bahkan, ada aktivis Islam, yang salah seorang dari orang tuanya atau keduanya telah meninggal dunia sejak beberapa tahun yang lalu, tapi ia tidak pernah menziarahi kuburannya! Ini bukti sikap tidak berbakti kepada orang tua!
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menganjurkan kaum Muslimin menziarahi kuburan, dengan bersabda,

“Ziarahi kuburan, sebab kuburan mengingatkan kalian kepada akhirat.” (Diriwayatkan Muslim, An-Nasai, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Al-Hakim).

Seorang wanita datang kepada Aisyah Radhiyallahu Anhu mengadukan hatinya keras, lalu Aisyah menganjurkannya rajin ingat kematian. Wanita itu mengerjakan perintah Aisyah, lalu hatinya tidak keras lagi dan berterima kasih kepada Aisyah atas nasihat yang ia berikan kepadanya.
Seorang ulama rajin menemani beberapa akitivis Islam melakukan ziarah kubur setelah shalat Shubuh dan ia memberikan nasihatnya di situ. Di salah satu nasihatnya, ulama itu berkata, “Jika Allah tidak menganugerahi kita mati syahid di jalan-Nya, kita akan disiksa dengan siksaan pedih. Sebab, dosa kita amat banyak, sedang amal perbuatan kita kecil.”

Usai berkata seperti itu, ulama tersebut menangis, dengan diikuti ikhwah aktivis Islam yang hadir di kuburan.
Para dai, mahasiswa, dan aktivis Islam, di Universitas Asiyuth membuat program ziarah kubur, sejak sepuluh tahun yang silam. Peserta ziarah kubur mencapai tiga puluh aktivis Islam dan dilakukan setelah shalat Shubuh hari Jum’at. Kita pergi bersama ke kuburan. Di kuburan, seorang aktivis Islam memberi nasihat, dengan nasihat mengesankan tentang kematian, kedahsyatan alam kubur, hari Kiamat, dan taubat. Setelah itu, setiap peserta menyendiri di setiap kuburan yang ada, guna memikirkan apa yang ada di sekitarnya, berdoa, khusyuk, dan bertaubat. Para peserta berbuat seperti itu hampir satu jam. Lalu, acara dilanjutkan dengan kumpul bersama, dalam keadaan diam, tanpa ada kata sepatah kata pun atau canda. Acara ini menghasilkan pengaruh luar biasa pada para peserta. Sungguh, kuburan mengingatkan mereka kepada akhirat, mendorong mereka bertaubat, men-tarbiyah diri mereka untuk zuhud terhadap dunia dan lebih mengutamakan akhirat, serta memperbarui keimanan mereka.

5. Mengunjungi Orang-Orang Shalih

Sarana merekonstruksi iman lainnya ialah berkunjung kepada orang-orang shalih, mujahidin, dan tokoh-tokoh senior di gerakan dakwah. Kunjungan kepada orang-orang seperti itu punya kesan positif dalam memperbarui iman dan mencemerlangkannya. Jika melihat wajah mereka saja bisa menjadi bekal berjalan di atas kebenaran, bagaimana kalau duduk dengan mereka, bersahabat dengan mereka, mendengarkan nasihat mereka, belajar pada mereka, mendengar kisah mereka, mujahidin lainnya dan orang-orang shalih? Juga tentang kezuhudan mereka terhadap dunia, kecintaan mereka kepada akhirat dan mati di jalan Allah Ta’ala, pengorbanan mereka untuk dakwah, amar ma’ruf nahi munkar, dan jihad?

Kunjungan-kunjungan seperti itu mengisi batrei iman aktivis Islam yang kadang isinya habis. Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu berkata, “Jika tidak ada tiga hal, aku tidak ingin hidup lama di dunia.” Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu menyebutkan ketiga hal itu dan salah satunya ialah bersahabat dengan orang-orang yang suka memilih perkataan yang baik, sebagaimana buah-buahan yang baik dipilih banyak orang. Contoh dalam hal ini banyak sekali. Misalnya, Nabi Musa Alaihis Salam pergi untuk bersahabat dengan Khidhr Alaihis Salam dan belajar darinya. Padahal, kita tahu kemuliaan Nabi Musa Alaihis Sallam dan beliau lebih mulia dari Khidhr Alaihis Sallam. Kendati demikian, Nabi Musa Alaihis Salam berkata kepada Khidhr Alaihis Salam,

“Bolehkah aku mengikutimu, supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (Al-Kahfi: 66).

Murid-murid Muadz bin Jabal Radhiyallahu Anhu dan para pecintanya yang biasa belajar padanya menangis tersedu-sedu dan sedih karena berpisah dengan Muadz bin Jabal, yang menderita sakit hingga kemudian meninggal dunia. Mereka seperti itu, karena merasa akan kehilangan majlis iman yang agung dan biasa diisi Muadz bin jabal. Majlis tersebut memperbarui iman mereka dan mengajarkan ilmu pada mereka. Diriwayatkan dari Yazid bin Umairah yang berkata, “Ketika Muadz bin Jabal menderita sakit, yang membuatnya meninggal dunia, ia kadang tak sadarkan diri dan kadang siuman. Suatu ketika, ia tidak sadarkan diri dan kami mengiranya sudah meninggal dunia. Ia siuman, saat aku menangis. Ia berkata, ‘Kenapa engkau menangis?’ Aku menjawab, ‘Demi Allah, aku tidak menangisi dunia yang telah saya peroleh darimu atau nasab antara diriku denganmu. Tapi, aku menangisi ilmu dan hikmah yang biasa aku dengar itu akan hilang.’ Muadz bin Jabal berkata, ‘Jangan menangis, sebab ilmu dan iman tetap berada di tempatnya. Siapa mencari keduanya, ia menemukan keduanya. Carilah keduanya seperti Nabi Ibrahim Alaihis Salam. Beliau meminta kepada Allah dalam keadaan tidak tahu, sambil berkata, ‘Aku pergi kepada Tuhanku agar Dia memberiku petunjuk’.” (Diriwayatkan Al-Hakim).

Aktivis Islam juga bisa melakukan kunjungan kepada beberapa ayah syuhada’, orang-orang dekat syuhada’, dan teman-teman mereka, untuk mendengar sejarah syuhada’ itu, bagaimana mereka berinteraksi dengan Allah Ta’ala, manusia, dan keluarga.
Abu bakar dan Umar bin Khaththab mengunjungi Ummu Aiman, pengasuh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, karena dulu beliau biasa mengunjunginya, guna bernostalgia dengan hari-hari beliau. Muslim meriwayatkan di Shahih-nya hadits dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu yang berkata,

“Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam wafat, Abu Bakar berkata kepada Umar bin Khaththab, ‘Ayo, kita pergi mengunjungi Ummu Aiman, sebab dulu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam biasa mengunjunginya.” Ketika Ummu Aiman, ternyata ia menangis. Keduanya berkata kepada Ummu Aiman, “Kenapa engkau menangis? Toh apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik bagi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.” Ummu Aiman berkata, “Aku menangis bukan karena tidak tahu apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik bagi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Tapi, aku menangis karena wahyu tidak akan turun lagi dari langit.” Ucapan tersebut menyentakkan Abu Bakar dan Umar bin Khaththab, lalu keduanya ikut menangis bersama Ummu Aiman.” (Diriwayatkan Muslim).

6. Ingat Hari-Hari Allah

Sarana lain untuk merperbarui iman ialah Anda ingat hari-hari Allah Ta’ala. Allah menyuruh Nabi Musa Alaihis Salam mengingatkan Bani Israel tentang hari-hari-Nya, dengan berfirman,

“Dan ingatkan mereka kepada hari-hari Allah.” (Ibrahim: 5).

Sepertinya, itu salah satu tugas penting yang harus diemban Nabi Musa Alaihis Salam. Maksud ayat di atas ialah ingatkan Bani Israel tentang hari-hari, di mana pada hari-hari itu, Allah menyelamatkan mereka dan meneggelamkan Fir’aun beserta pasukannya. Ingatkan mereka tentang hari-hari Allah itu. Ya, hari-hari saat Allah menolong wali-wali-Nya memuliakan pasukan-Nya, dan menghancurkan musuh-musuh-Nya. Ingatkan mereka tentang hari-hari spektakuler itu saat Allah memberikan kemenangan dan posisi kuat di bumi kepada wali-wali-Nya.
Puasa hari Asyura’ dijadikan sunnah dalam Islam, agar kita ingat hari agung saat Allah Ta’ala menyelamatkan Nabi Musa Alaihis Salam bersama orang-orang beriman dan menenggelamkan Fir’aun bersama pasukannya.

Sungguh, itu salah satu hari Allah Ta’ala yang amat agung. Karena itu, kita berpuasa pada hari tersebut setiap tahun, sebagai bentuk syukur kepada-Nya atas kemenangan gilang gemilang itu. Pada hari itu, mari kita banyak berdoa minta Allah Ta’ala membinasakan fir’aun-fir’aun masa kini bersama pasukannya sebagaimana Dia dulu membinasakan Haman bersama pasukannya dan menenggelamkan mereka bersama atasan mereka, Fir’aun, di laut. Pada hari, mari kita banyak berdoa minta Allah Ta’ala menolong dan menyelamatkan kita dari tangan fir’aun-fir’aun, serta membuat kita berkuasa di bumi, seperti Nabi Musa Alaihis Salam dan orang-orang beriman bersama beliau.

Setiap orang Muslim harus rajin ingat hari-hari Allah Ta’ala, sembari merenungkan ibrah dan pelajaran iman yang bisa dipetik darinya. Ia mengingatkan dirinya tentang Hari Furqan (Perang Badar), Perang Khaibar, Penaklukan Makkah, Perang Bani Qainuqa’, Perang Bani An-Nadhir, dan Perang Bani Quraidhah. Ia ingat Perang Al-Yamamah, Perang-Al-Yarmuk, Perang Al-Qadisiyah, Perang Nahawand, penaklukan negeri-negeri Afrika Utara, penaklukan Andalusia, dan penaklukan Rusia Selatan. Ia ingat Perang Hiththin, Perang Ain Jaluth, Perang Konstantinopel, Perang Az-Zalaqah, dan Perang Al-Urak. Ia juga tidak lupa ingat hari Allah Ta’ala menyelamatkan Nabi Nuh Alaihis Salam bersama orang-orang beriman, Nabi Hud Alaihis Salam, Nabi Shalih Alaihis Salam, Nabi Luth Alaihis Salam, Nabi Syuaib Alaihis Salam bersama umatnya masing-masing, menimpakan siksa pedih kepada orang-orang kafir dan para pembangkang.
Ia ingat hari Allah Ta’ala menyelamatkan Nabi Ibrahim Alaihis Salam dari api dan menjadikannya dingin dan menyelamatkannya. Juga ingat hari Allah Ta’ala mengganti Nabi Ismail Alaihis Salam dengan domba. Semua hari itu adalah hari-hari Allah Ta’ala yang perlu direnungkan, sebab mengandung banyak nilai-nilai iman yang tidak cukup ditulis hingga berjilid-jilid.

Jika aktivis Islam yang diberi ilmu oleh Allah Ta’ala memikirkan hari-hari itu, maka Dia memberi anugerah Rabbaniyah dan nilai-nilai iman, kepada hatinya. Lalu, hatinya sarat dengan keyakinan, tawakkal, taubat, kekhusyukan, ketundukan, kepasrahan, cinta, dan ikhlas karena Allah Ta’ala semata.

Aktivis Islam tidak hanya ingat hari-hari Allah Ta’ala yang sebagiannya telah saya sebutkan di atas, dijelaskan Al-Qur’an, buku-buku Sunnah, sirah, dan sejarah klasik. Ia juga harus ingat hari-hari Allah Ta’ala yang belum lama terjadi dan tidak boleh ia lupakan. Kadang, hari-hari Allah Ta’ala yang belum lama terjadi itu lebih besar pengaruhnya. Misalnya hari-hari Allah Ta’ala menghinakan Syamsu Badran, Shalah Nashr, Sya’rawi Jum’ah, dan Ali Shabri. Sungguh, Allah Ta’ala menghinakan mereka. Sebagian mereka dihinakan Allah Ta’ala pada zaman Gamal Abdun Nashir dan sebagian lain pada zaman Anwar Sadat. Mereka semua dulunya menghinakan dan menyiksa kaum Muslimin dengan beragam siksaan, terutama di Penjara Perang (di Mesir).
Di antara hari-hari Allah Ta’ala ialah hari terbunuhnya Anwar Sadat lengkap dengan perhiasannya oleh Khalid beserta rekan-rekannya.

Hari-hari Allah Ta’ala lainnya ialah hari-hari keruntuhan komunisme. Tidak hanya di Eropa Timur, tapi di seluruh dunia, termasuk Uni Sovyet sendiri. Tuhan tersebut (komunisme) yang telah disembah lebih dari separoh penduduk dunia itu runtuh. Orang-orang komunis tidak hanya menyembah patung komunisme saja. Mereka menolak agama dan eksistensi Allah. Runtuhnya patung komunisme dan Marxisme adalah salah satu bukti kebesaran Allah Ta’ala paling agung pada zaman ini dan salah satu hari-hari-Nya.
Hebatnya, keruntuhan komunisme secara serentak di Eropa Timur terjadi dalam tempo waktu tiga bulan! Mari kita renungkan usia imperalisme komunisme! Usianya tidak lebih dari tujuh puluh tahun. Selama berkuasa, rezim komunis memaksakan kehendak, memenjara, mengusir, dan menindas lawan-lawannya.

Anda harus tahu bahwa rezim komunis telah membunuh lebih dari dua puluh juta kaum Muslimin!
Akhi, aktivis Islam, bandingkan antara umur komunisme dengan umur Islam yang diperangi seluruh dunia tidak dilindungi satu negara pun! Bahkan, para pemeluknya mendapatkan beragam siksa di seluruh dunia. Kendati telah berusia empat belas abad, Islam tetap tegak dan kokoh.

Pikirkan bagaimana komunisme runtuh hanya karena melemahnya kekuatan negara komunisme dalam beberapa hari!
Sedang Islam, kendati dunia kompak memeranginya, tapi malah bertambah kuat dan mendapat pendukung. Allah Ta’ala berfirman,

“Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” (Ar-Ruum: 30).

Saya berdoa semoga Allah Ta’ala meruntuhkan dan melumatkan para penyembah salibisme, zionisme, sekulerisme, seluruh bentuk kekafiran dan syirik di atas permukaan bumi. Juga membersihkan bumi dari patung-patung itu, menyebarkan cahaya kebenaran dan sinar Islam. Itu semua tidak sulit bagi-Nya.
Hari-hari Allah Ta’ala sangat banyak. Ada hari-hari-Nya yang bersifat regional dan ada yang bersifat internasional, atau bahkan dalam skala pribadi, atau keluarga atau gerakan dakwah di salah satu negara. Yang penting, setiap aktivis Islam rajin ingat hari-hari itu dan mengkaji nilai-nilai iman yang terkandung di dalamnya. Barangkali, apa yang telah saya sebutkan itu cukup memadai.

0 komentar:

=============================================================
SOBAT SILAHKAN KIRIMKAN TULISAN ANDA DI KISAH JAWILAN
=============================================================
Nama
Email
No HP
Belajar
Judul
Kategori
Tulisan
Pesan

kirimkan Photo Penulis ke email : bakronilatar@yahoo.co.id Terimakasih Telah Berpartisipasi Tulisan di Kisah Jawilan, setelah mengirimkan tulisan mohon sms ke aa Rony di +6281280485019


=======================================================================
Komentar Terbaru
VISITOR KISAH JAWILAN MOHON TINGGALKAN PESAN DISINI

Mari Gabung Disini !!!

KISAH JAWILAN DAN NEGERI SABA' © 2008 Por A H.RONY