Admin : AA H. RONY KP.SABRANG, JAWILAN - SERANG - BANTEN 42177.Telp. +6281280485019 (Indonesia) dan +967715138399 (Yemen).
بـــسـم الله الرحمن الرحيم السّـلام عليكم ورحمة الله وبركاتـه بعد تحــية وبعــد ...... شهر رمضان المبارك والمعظم === أبعث لسعادتكم === بأخلص التهاني وأطيب التمنيات والأماني بالشهر الفضيل, تقبل الله منا ومنكم صيامنا وصيامكم, قيامنا وقيامكم... سائلين الله أن يعيده علينا وعليكم بالصحة والسعادة وأن يجعل الله العلي القدير هذا الشهر عليكم مباركا خيرا ويمنا.. وعلى أمتنا الإسلامية تقدما وازدهارا... وكل عام وأنتم والجميع بخير ولكم مني جزيل الشكر والتقدير وجزاكم الله الخير. والسّـلام عليكم ورحمة الله وبركاته أخوكم في الله الحاج بكراني لاتار
AA H. RONY DAN KELUARGA BESAR DI SABRANG SERTA SELURUH MASYARAKAT JAWILAN MENGUCAPKAN "SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1434 H SEMOGA KITA BISA MENJADI LEBIH BAIK DI HARI-HARI YANG AKAN DATANG"

Sodaqohnya Lisan

eramuslim - Sore tadi ketika pulang dari kantor aku berkaca, melihat pakaian dan jilbab yang kukenakan. Menurutku tidak ada yang aneh dari pakaianku, setelan atas bawah, kerudung putih, tas dan sepatu hitam. Tetapi mengapa tadi siang seorang temanku berkomentar lain?
"Baju ini juga harusnya disingkirkan,
gak bagus dilihat, kedombrangan," ujarnya.
Deg. Aku kaget. Ini bukan pertama kalinya dia mengomentari penampilanku, bukan hanya baju yang kena, tetapi sepatuku juga pernah dikomentarin. Hanya karena aku tidak pernah memakai sepatu hak dengan model-model (yang menurutnya) model anak muda.
Mungkin aku sedang dalam keadaan sensitif. Waktunya kurang tepat karena kami sedang rapat informal. Biasanya aku menanggapi komentarnya hanya dengan senyum tapi tidak kali ini. Aku hanya menanggapinya dengan diam.
Aku menangis. Tentu saja setelah sampai di rumah.
Apakah memang penampilan itu yang utama? Padahal aku sudah berusaha tampil dengan busana yang (menurutku) warnanya serasi, rapi dan selalu bersih. Memang beginilah gayaku, yang menurutnya kuno dan ‘tua’. Aku tidak memungkiri, penampilan itu perlu dipikirkan tetapi secukupnya saja. Dan prinsipku, yang penting penampilan kita sesuai dengan kenyamanan dan kegiatan yang akan dilakukan.
Setelah menuntaskan tangisku, aku justru berfikir. Kenapa aku begitu tersakiti dengan ucapannya? Mungkin saja menurutnya itu adalah ucapan yang biasa. Hanya aku saja yang menganggapnya menyakitkan. Tapi justru setelah itu aku berfikir, jangan-jangan selama ini ada ucapanku yang kuanggap biasa tetapi menyakiti orang lain? Bukankah temanku tadi mengomentari aku dengan nada suara yang biasa seperti biasanya dia berbicara?
Astaghfirullah…
Memang lisan adalah organ tubuh kita yang sangat sulit dikendalikan. Lisan bisa menjadi sangat manis semanis madu tapi bisa juga tajam setajam pedang. Lisan bisa mendekatkan orang yang baru kenal tetapi juga bisa mencerai beraikan dua orang yang bersaudara.
Kemudian aku berfikir tentang lisan dan hati. Ternyata dua hal tersebut sangat berkaitan. Apa yang keluar dari lisan adalah cerminan dari hati. orang yang hatinya sedang kesal, pastilah lebih mudah mengeluarkan kata-kata kasar daripada kata-kata yang bernada lembut. Kadang aku juga berpikir, mengapa orang sangat suka menyakiti hati orang lain? Apakah mereka tidak mencoba menempatkan dirinya pada posisi orang yang tersakiti. Mengapa tidak mencoba berempati?
Harusnya pertanyaan tersebut kutanyakan pada diri sendiri sebelum menanyakan ke orang lain. Kadang ketika kita sedang kesal, lisan kita dengan sangat mudah dan lancar mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan. Tanpa kita sadari bahwa kata-kata (yang membuat kesal kita hilang tersebut) akan sangat mungkin membuat orang lain tersakiti.
Dan bagaimana halnya jika orang yang mendengar kata-kata kita benar-benar tersakiti? Masih untung jika kemudian kita sadar dan meminta maaf atas kesalahan lisan kita. Tetapi bagaimana jika ternyata kita tidak sadar bahwa lisan kita telah menyakiti orang lain?
Mungkin memang Allah sedang menegurku. Mengingatkanku untuk menjaga lisan dengan cara mendapat komentar ‘pahit’ dari temanku tadi. Setelah menyadari hal tersebut aku semakin ngeri. Ternyata memang semua anggota badan kita harus dijaga dengan sebaik-baiknya dan digunakan dengan petunjukNya.
Bukankah semua anggota badan kita, bahkan kulit tubuh kita- nantinya akan memberi persaksian di hari kiamat? Seperti firman Allah dalam QS Fushilat (41):22 yang berbunyi, “Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulit terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan.”
Aku teringat dengan salah satu materi pengajian ahad pagi di Cempaka Putih, saat itu tema yang diangkat adalah tentang amanah. Bahwa semua anggota tubuh kita adalah amanah dari Allah dan akan diminta pertanggung jawabannya. Termasuk di dalamnya lisan. Digunakan untuk apa saja lisan selama hidup di dunia? Untuk berbicara yang tidak perlukah? Untuk bergunjing ke sana ke mari? Adakah setiap hari lisan kita gunakan untuk membaca dan merenungi ayat-ayatNya?
Coba kita ingat-ingat. Lisan kita, sehari-hari digunakan untuk apa saja. Apakah lisan kita bersodaqoh hari ini? Semua bagian dalam tubuh kita bisa bersodaqoh. Tentu saja dengan cara yang berbeda-beda.
Sementara ini orang selalu memaknai sodaqoh dalam arti yang sempit. Sodaqoh selalu dikaitkan dengan uang. Kalau begitu, hanya orang kaya saja yang bisa bersodaqoh. Sedangkan sebenarnya sodaqoh bisa dilakukan dalam berbagai aspek. Sodaqoh disini bisa dimaknai sebagai sodaqoh pemikiran, sodaqoh tenaga, dan bebrapa sodaqoh yang lain.
Jangan dikira lisan tidak bisa bersodaqoh. Bukankah dalam hadits nabi saw dijelaskan bahwa “senyummu kepada saudaramu adalah sodaqoh”. Jadi kalau kita tidak punya uang, tenaga ataupun pemikiran, kita masih bisa bersodaqoh. Sehingga tidak ada alasan lagi bagi semua orang untuk bersodaqoh. Jika kita mempunyai tenaga yang bisa disumbangkan, pakailah tenaga itu. Jika kita mempunyai ide-ide yang bisa sumbangkan, berikanlah kepada yang membutuhkan. Jika hanya lisan yang kita punya, sodaqohlah dengan menebar senyum dan salam kepada semua saudara seiman.
Selain itu sodaqoh lisan juga bisa dilakukan dengan menjaga lisan itu sendiri dari kata-kata yang sekiranya akan menyakiti hati orang lain.
Yah, memang sebaiknya aku tidak menanggapi komentar temanku tersebut. Dan justru aku harus banyak-banyak mengucap istighfar, siapa tahu tanpa aku sadari lisanku juga telah banyak menyakiti hati orang.
Anisa Kuffah
awal juni 2005
sasa909691@yahoo.com


0 komentar:

=============================================================
SOBAT SILAHKAN KIRIMKAN TULISAN ANDA DI KISAH JAWILAN
=============================================================
Nama
Email
No HP
Belajar
Judul
Kategori
Tulisan
Pesan

kirimkan Photo Penulis ke email : bakronilatar@yahoo.co.id Terimakasih Telah Berpartisipasi Tulisan di Kisah Jawilan, setelah mengirimkan tulisan mohon sms ke aa Rony di +6281280485019


=======================================================================
Komentar Terbaru
VISITOR KISAH JAWILAN MOHON TINGGALKAN PESAN DISINI

Mari Gabung Disini !!!

KISAH JAWILAN DAN NEGERI SABA' © 2008 Por A H.RONY