Admin : AA H. RONY KP.SABRANG, JAWILAN - SERANG - BANTEN 42177.Telp. +6281280485019 (Indonesia) dan +967715138399 (Yemen).
بـــسـم الله الرحمن الرحيم السّـلام عليكم ورحمة الله وبركاتـه بعد تحــية وبعــد ...... شهر رمضان المبارك والمعظم === أبعث لسعادتكم === بأخلص التهاني وأطيب التمنيات والأماني بالشهر الفضيل, تقبل الله منا ومنكم صيامنا وصيامكم, قيامنا وقيامكم... سائلين الله أن يعيده علينا وعليكم بالصحة والسعادة وأن يجعل الله العلي القدير هذا الشهر عليكم مباركا خيرا ويمنا.. وعلى أمتنا الإسلامية تقدما وازدهارا... وكل عام وأنتم والجميع بخير ولكم مني جزيل الشكر والتقدير وجزاكم الله الخير. والسّـلام عليكم ورحمة الله وبركاته أخوكم في الله الحاج بكراني لاتار
AA H. RONY DAN KELUARGA BESAR DI SABRANG SERTA SELURUH MASYARAKAT JAWILAN MENGUCAPKAN "SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1434 H SEMOGA KITA BISA MENJADI LEBIH BAIK DI HARI-HARI YANG AKAN DATANG"

GENERASI TABI’IN MENCIPTAKAN SYANDART-STANDART BARU

GENERASI TABI’IN MENCIPTAKAN SYANDART-STANDART BARU

Pascagenerasi sahabat, datanglah generasi tabi’in. mereka (generasi tabi’in) meniru generasi sebelum mereka dan menciptakan standart akhirat berdasar sabda Rasulullah Shallallahu Alaihis wa Sallam dan perkataan generasi sahabat, agar standart tersebut menjadi lampu yang menyinari siapa saja yang ingin berjalan menuju jalan akhirat dan prinsip buku perjalanan di dunia supaya tidak terjadi penyimpangan.

Obsesi Dunia dan Obsesi Akhirat
Rasulullah Shallallahu Alaihis Sallam bersabda,

“Barangsiapa akhirat menjadi obsesinya, Allah menjadikan hatinya kaya, melancarkan semua urusannya, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk. Dan, barangsiapa dunia menjadi obsesinya, Allah menjadikannya miskin, mengacaukan semua urusan, dan dunia datang kepadanya sebatas yang ditakdirkan untuknya.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi).

Orang yang tahu tujuan penciptaan dirinya, yaitu beribadah kepada Allah Ta’ala, lalu menjadikan tujuan itu sebagai kesibukan utamanya tentu mengerjakan apa saja di dunia ini demi merealisir tujuan tersebut, Allah Ta’ala memberi kemudahan di seluruh urusan duniannya, dan ia tidak perlu bersusah payah “mengejar” dubia.
Di sisi lain, orang yang lupa tujuan penciptaan dirinya dan menjadikan dunia sebagai obsesi utamanya hanya memikirkan kebutuhan perut dan kemaluannya saja. Kita lihat dunia lari darinya dan ia lari mengejarnya dengan terengah-engah. Orang-orang shalih dulu saling menasihati temannya dengan standart akhirat. Itulah yang dijelaskan salah seorang generasi tabi’in, Aun bin Abdullah, saat berkata, “Orang-orang shalih menulis surat kepada sebagian lain berisi tiga pesan:
1. Barangsiapa bekerja untuk akhirat, Allah Ta’ala membuatnya kecukupan dalam masalah dunia.
2. Barangsiapa memperbaiki hubungan dirinya dengan manusia, Allah memperbaiki urusan dirinya dengan manusia.
3. Barangsiapa memperbaiki kondisi dirinya saat sendirian, allah memperbaiki kondisi dirinya saat bersama orang lain.”

Point kedua dan ketiga tidak mungkin bisa dikerjakan point pertama, yaitu bekerja untuk akhirat, tidak dikerjakan.

Tidak Tergesa-gesa dalam Urusan Akhirat dan Terburu-buru dalam Urusan Dunia
Generasi tabi’in pencari akhirat membuat standart baru, yang merupakan inovasi dan standart akhirat dan menjelaskan salah satu konsep berjalan di jalan akhirat. Salah seorang generasi tabi’in, Al-Harits bin Qais Al-Ja’fi, berkata, “Jika Anda mengerjakan salah satu urusan akhirat, Anda jangan terburu-buru. Jika Anda sedang mengerjakan urusan dunia, hendaklah Anda terburu-buru. Jika Anda menginginkan kebaikan, makan jangan tunda. Jika setan datang kepada Anda saat Anda sedang shalat dan berkata kepada Anda, ‘Anda berbuat riya’, ‘shalatlah lebih lama lagi.”
Jiak akhirat menjadi obsesi seseorang, kenapa ia mesti tergesa-gesa? Kenapa ia harus terburu-buru saat mengerjakan urusan akhirat, misalnya shalat, dzikir, dan qiyamul lail? Jika seseorang takut salah dan mati mengenaskan (su’ul khatimah), kenapa ia mesti berlama-lama mengerjakan urusan dunia? Padahal, ia tahu dunia itu salah satu penyebab orang mati mengenaskan? Pencari akhirat tidak pantas lupa standart ini.

Apa Harta itu?
Jika harta didefinisikan sebagai sesuatu yang dimiliki seseorang, misalnya emas, perak, real estate, dan lain-lain, maka salah seorang generasi tabi’in yang pemberani, Abu Hazim, pernah dipanggil salah seorang khalifah Bani Umaiyah. Lalu, ia mengatakan kebenaran kepada khalifah, tanpa takut kritikan. Ketika ditanya khalifah, “Apa harta yang Anda miliki?” Abu Hazim menjawab dan menjelaskan standart akhirat, “Percaya kepada Allah Azza wa Jalla dan tidak memerlukan harta manusia.”
Itulah harta hakiki pencari akhirat, karena ia tahu harta lainnya bukan milik dirinya, tapi milik Allah Ta’ala.

Siapa Pemilik Hakiki Harta
Anak cucu Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu mengajarkan salah satu standart akhirat kepada para khalifah pada masa mereka. Yaitu perihal hakikat harta dan siapa pemilik senjatinya. Sufyan bin Uyainah mengisahkan, “Hisyam bin Abdul Malik masuk ke Ka’bah, ternyata di sana sudah ada Salim bin Abdullah bin Umar. Hisyam bin Abdul Malik berkata kepada Salim bin Umar. Hisyam bin Abdul Malik berkata kepada Salim bin Abdullah bin Umar, ‘Hai Salim, ajukan seluruh kebutuhanmu kepadaku.’ Salim bin Abdullah bin Umar menjawab aku malu kepada Allah jika minta pada selain Dia di Baitullah ini.’

Ketika Salim bin Abdullah bin Umar keluar dari Ka’bah, ia dibuntiti Hisyam bin Abdullah, yang kemudian berkata kepadanya, “Sekarang, engkau telah keluar dari Ka’bah, ajukan apa saja yang engkau perlakukan kepadaku.” Salim bin Abdullah bin Umar berkata kepada Hisyam bin Abdul Malik, ‘Kebutuhan dunia atau kebutuhan akhirat?’
Hisyam bin Abdu Malik berkata, “Tentu kebutuhan dunia.’ Salim bin Abdullah bin Umar berkata kepada Hisyam bin Abdul Malik, “Aku tidak pernah minta dunia kepada pemilik hakiki dunia. Bagaimana aku harus memintanya pada orang yang tidak memilikinya?”

Lihatlah, kepada Siapa Anda Bermaksiat?
Orang-orang shalih, seperti Salim bin Abdullah bin Umar, “melihat” Allah Ta’ala di semua sepak terjang mereka di dunia. Karena itu, mereka diberi anugerah dapat melihat Allah Ta’ala di akhirat. Itulah kenikmatan terindah yang diberikan kepada mereka. Orang yang bermaksiat lupa pengawasan Allah pada dirinya saat ia bermaksiat. Akibat, ia gampang sekali bermaksiat. Salah seorang ahli ibadah dan orang terpercaya, Bilal bin Sa’ad, membuat standart akhirat ketika berkata, “Anda jangan melihat kecilnya dosa, namun lihatlah kepada siapa Anda bermaksiat?”

0 komentar:

=============================================================
SOBAT SILAHKAN KIRIMKAN TULISAN ANDA DI KISAH JAWILAN
=============================================================
Nama
Email
No HP
Belajar
Judul
Kategori
Tulisan
Pesan

kirimkan Photo Penulis ke email : bakronilatar@yahoo.co.id Terimakasih Telah Berpartisipasi Tulisan di Kisah Jawilan, setelah mengirimkan tulisan mohon sms ke aa Rony di +6281280485019


=======================================================================
Komentar Terbaru
VISITOR KISAH JAWILAN MOHON TINGGALKAN PESAN DISINI

Mari Gabung Disini !!!

KISAH JAWILAN DAN NEGERI SABA' © 2008 Por A H.RONY