Admin : AA H. RONY KP.SABRANG, JAWILAN - SERANG - BANTEN 42177.Telp. +6281280485019 (Indonesia) dan +967715138399 (Yemen).
بـــسـم الله الرحمن الرحيم السّـلام عليكم ورحمة الله وبركاتـه بعد تحــية وبعــد ...... شهر رمضان المبارك والمعظم === أبعث لسعادتكم === بأخلص التهاني وأطيب التمنيات والأماني بالشهر الفضيل, تقبل الله منا ومنكم صيامنا وصيامكم, قيامنا وقيامكم... سائلين الله أن يعيده علينا وعليكم بالصحة والسعادة وأن يجعل الله العلي القدير هذا الشهر عليكم مباركا خيرا ويمنا.. وعلى أمتنا الإسلامية تقدما وازدهارا... وكل عام وأنتم والجميع بخير ولكم مني جزيل الشكر والتقدير وجزاكم الله الخير. والسّـلام عليكم ورحمة الله وبركاته أخوكم في الله الحاج بكراني لاتار
AA H. RONY DAN KELUARGA BESAR DI SABRANG SERTA SELURUH MASYARAKAT JAWILAN MENGUCAPKAN "SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1434 H SEMOGA KITA BISA MENJADI LEBIH BAIK DI HARI-HARI YANG AKAN DATANG"

JUMLAH BANYAK, TAPI AKTIVITAS SEDIKIT

JUMLAH BANYAK, TAPI AKTIVITAS SEDIKIT

Sekarang, kita lihat jumlah ikhwah aktivis Islam sangat banyak. Bisa jadi, di satu kampung terdapat ratusan aktivis. Kendati jumlah aktivis Islam sangat banyak, tapi, jika Anda menghitung orang-orang yang beramal untuk Islam dengan serius dan tekad besar, serta layak mengemban predikat aktivis Islam, maka jumlah mereka tidak lebih dari puluhan. Bahkan, Anda dapat menghitung jumlah mereka dengan jari dan hapal nama-nama mereka. Mana jumlah banyak itu di medan amal dan kontribusi? Mana jumlah banyak itu di lahan dakwah, gerakan amar ma’ruf nahi munkar, dan jihad? Mereka berperan sebatas “pengamat” dan cukup puas dengan peran itu.

Mereka merasa cukup dengan pindah dari Islam menuju iltizam dengan Islam. Setelah itu, mereka berhenti di tahapan itu dan tidak ingin beranjak menuju tahapan lebih tinggi, atau hingga tahapan menyiapkan jiwa mereka untuk berkorban dan berkontribusi di beragam medan aktivitas Islam. Jika Anda bertanya kepada salah seorang dari mereka tentang kontribusinya untuk Islam, aktivitasnya di jalan agama, dan perannya di gerakan dakwah sejak ia bergabung ke dalam kafilah dakwah, maka ia menjawab bahwa dirinya hanyalah pendengar. Ya, ia hanya menghindari halaqah, pertemuan-pertemuan dakwah, seminar, membaca pernyataan dan buletin dakwah. Itu saja yang ia lakukan. Ia pasif dan tidak memberikan kontribusinya. Kadang, Anda lihat dia teledor, tidak berupaya menyiapkan diri di berbagai aspek. Kadang, selama setahun atau dua tahun, ia hanya membaca satu dua buku Islam. Padahal, untuk orang selevel dia, buku-buku itu harus dibaca tidak lebih dari satu pekan.

Realita ini membuang-buang sekian banyak potensi, yang semestinya bisa digunakan di banyak medan amal Islami; dakwah, amar ma’ruf nahi munkar, dan jihad. Orang-orang seperti itu hanya memberikan waktu sisa untuk Islam, atau sedikir harta dan tenaga. Mereka harus tahu bahwa Allah Ta’ala hanya menerima yang baik-baik (Diriwayatkan Muslim, At-Tirmidzi, dan Ahmad). Sebagaimana Dia tidak menerima makanan jelek yang Anda sedekahkan, Dia juga tidak menerima perbuatan buruk yang Anda pilih untuk diberikan kepada Islam. Allah Ta’ala berfirman,

“Dan janganlah kalian memilih yang buruk lalu kalian infakkan darinya.” (Al-Baqarah: 267).

Islam minta sebagian besar waktu, harta, dan usia emas remaja Anda. Itulah yang diinginkan Islam. Islam minta waktu semangat Anda, bukan waktu malas Anda. Islam minta waktu muda, kuat, dan sehat Anda, bukan waktu tua Anda. Ya, Islam minta sesuatu yang paling baik, mulia, dan agung, dari Anda.
Bukankah Anda tahu Abu Bakar Radhiyallahu Anhu bersedekah dengan seluruh hartanya di jalan Allah Ta’ala dan dakwah Islam? Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya, “Wahai Abu Bakar, apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?” Abu Bakar menjawab, “Aku sisakan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka.”
Tidakkah Anda tahu Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu mendanai sendirian pasukan Perang Tabuk? Bayangkan, satu orang mendanai pasukan lengkap dengan senjata, perbekalan, dan kendaraannya! Jumlah tentara yang ia danai saat itu lebih dari sepuluh ribu. Silakan bandingkan kontribusi Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu ini dengan realita kita sekarang. Banyak kaum Muslimin yang kaya raya, termasuk di dalamnya aktivis Islam. Tapi, kita tidak melihat orang yang berinfak untuk dakwah Islam-saya tidak mengatakan di satu kabupaten, atau kota, atau desa-dan menanggung beban dakwah. Yang saya maksud dengan beban di sini ialah aspek keuangan. Saya mengatakan beban dakwah, bukan beban jihad, sebab jihad membutuhkan dana yang tidak karuan banyaknya! Bisa jadi, tidak ada juga ikhwah aktivis yang siap menanggung beban finansial dakwah!

Ada aktivis dakwah yang bekerja di salah satu negara Teluk selama empat atau lima tahun, misalnya, hidup enak, dan serba kecukupan. Ia tahu betul apa yang dibutuhkan dakwah dan saudara-saudaranya sesama aktivis. Ia tahu seratus persen banyak keluarga aktivis, yang diuji di jalan Allah Ta’ala dan berjumlah ribuan setiap waktu, serta membutuhkan uluran tangan saudara-saudaranya. Kendati tahu itu semua, ia sama sekali tidak berpikir untuk berjihad dengan hartanya, hingga dalam jumlah minimal pun, sebagai ganti berjihad dengan jiwa, sepanjang ia bekerja tahunan di negara Teluk itu.

Hatinya tidak tergerak untuk memberikan uluran tangan kepada keluarga mujahidin, agar ia punya tabungan kebaikan pada keluarga mereka! Ia tidak berinisiatif untuk berbuat seperti itu. Jika ia diingatkan seseorang, ia baru bersedekah. Itu pun dengan beberapa uang recehan, yang tidak dapat menggemukan badan dan menghilangkan lapar. Sedekahnya lebih banyak ditolak, daripada diterima. Bahkan, sedekahnya tidak sebanding dengan anggaran BBM mobilnya setiap hari!
Islam menginginkan orang yang mendermakan apa saja yang dimilikinya kepada agamanya. Ia berikan kehidupan, waktu, harta, tenaga, ruh, rumah, mobil, dan apa saja yang dimilikinya. Kita menghendaki orang yang menjual dirinya kepada Allah Ta’ala, dengan arti yang sesungguhnya. Kita menginginkan aktivis yang setiap harinya mempersembahkan kontribusi baru untuk Islam.

Apakah Anda tidak kenal Mush’ab bin Umair Radhiyallahu Anhu? Ia pemuda tampan, parfumnya harum, bajunya paling mewah, dan idola gadis-gadis Quraisy karena kegantengan, nama besar, kemuliaan, dan nasabnya. Tidakkah Anda tahu, ketika ia masuk Islam, maka ia berikan apa saja yang ia miliki? Hingga, ia memakai baju tambalan ketika hidup dan kaum Muslimin tidak menemukan kain kafan untuk menutupi tubuhnya ketika ia meninggal dunia. Semasa hidupnya, ia setap hari mempersembahkan kemenangan baru untuk Islam di medan dakwah dan Islam. Ia dai Islam pertama di Madinah, figur penting di balik masuk Islamnya sebagian besar penduduk Madinah, dan peletak batu bata pertama cikal bakal berdirinya negara Islam di Madinah. Selain itu, ia tentara hebat, pemegang panji perang kaum Muslimin di Perang Uhud dan salah satu syuhada’ terbesarnya. Itulah bentuk kontribusi sejati untuk Islam, agama, dan gerakan dakwah.

Setiap Muslim harus bertanya kepada dirinya setiap waktu, sudah berapa orang yang diberi petunjuk oleh Allah Ta’ala melalui dirinya dalam pekan ini? Berapa desa yang sudah saya kunjungi untuk berdakwah ke jalan-Nya? Apakah aku sudah mendakwahi sanak kerabatku, tetangga, dan orang tuaku, atau belum? Apakah aku sudah berusaha untuk memahami Islam, beramal dengannya dan untuknya? Aku sudah berinfak berapa untuk kaum Muslimin pada pekan ini? Sudah berapa keluarga yang mendapat cobaan yang aku bantu dengan tenaga dan hartaku? Sudah berapa banyak keluarga syuhada’ yang aku penuhi kebutuhan mereka? Berapa malam yang telah saya habiskan untuk memikirkan aktivitas Islam secara umum, atau kotaku, atau desaku secara khusus, atau kota dan desa sebelah? Aku melakukan amar ma’ruf nahi munkar berapa malam? Sudah berapa kali aku memerangi musuh-musuh Islam dan menimpakan kekalahan pada mereka? Aku sudah berapa kali bereaksi membela hukum-hukum Allah Ta’ala, kaum Muslimin, darah, dan kehormatan mereka? Aku sudah berapa kali mengunjungi orang sakit, atau mengajaknya kepada Islam, atau mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, atau mengunjungi saudaraku seagama, atau aku dakwahi pada pekan ini? Dan, pertanyaan-pertanyaan lain, yang perlu diajukan kepada diri Anda dari waktu ke waktu, guna mengetahui sejauh mana kelalaian Anda terhadap hak Allah Ta’ala. Lalu, Anda segera bangkit memperbaiki diri sebelum dihukum Allah, tidak diberi kesempatan beramal untuk agama-Nya dan bergabung di kalifah dakwah, yang disebutkan Allah Ta’ala,

“Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan hujjah nyata’.” (Yusuf: 108).

Dan, di rombongan yang disebutkan Allah Ta’ala di ayat berikut,

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah.” (Al-Baqarah: 207).

Bagaimana menurut pendapat Anda, jika buruh di perusahaan tidak berbuat apa-apa, tidak menghasilkan apa-apa, kerjanya hanya mengisi absen pada pagi hari, lalu pulang sore hari, dan yang ia lakukan di perusahaan hanyalah menonton teman-temannya bekerja dengan serius dan bersemangat? Kira-kira apa yang akan diperbuat pemilik perusahaan terhadap buruh seperti itu? Pemilik perusahaan pasti langsung memecatnya. Begitu juga aktivis Islam yang memahami Islam sebatas mengenakan baju gamis dan memanjangkan jenggot.

Tapi, ia pasif, dalam arti tidak mempersembahkan apa-apa kepada Islam. Kalau pun memberi, maka sedikit atau berkualitas rendah.
Beberapa pemimpin gerakan dakwah dan aktivis Islam yang bekerja untuk Islam dengan serius dan bersemangat mustahil –kendati mereka telah mengerahkan seluruh tenaga mereka-mendirikan negara Islami atau minimal menunaikan beban amal untuk Islam dengan segala aktivitasnya di wilayah negeri Islam yang luas membentang. Siapa pun tahu sekarang para penguasa tiranik menghantam para aktivis Islam dengan “pukulan” bertubi-tubi.

Akibatnya, para aktivis Islam harus berkorban lebih banyak lagi dan naik lebih tinggi di tingkatan amal untuk Islam. Lalu, ia siap mengemban amanah, yaitu amanah beramal untuk Islam. Ia juga harus belajar bagaimana semestinya ia berdakwah, men-tarbiyah, melakukan gerakan amar ma’ruf nahi munkar, jihad, memberdayakan orang lain, dan apa sa-ja yang dibutuhkan untuk tujuan ini, misalnya perte-muan maraton dan keahlian ini dan itu.
Aktivis Islam tidak boleh enak-enak di rumah menunggu ada orang yang melakukan sesuatu untuknya. Atau membawakan sesuatu baginya. Ia harus berusaha sekuat tenaga mengerjakan seluruh aktivitas Islam dengan semangat tinggi, rajin, kuat, dinamis, ceramat, dan baik, agar ia layak mendapatkan predikat berikut ini,

“Anda melihat banyak orang, tapi tidak melihat satu orang
Kadang, Anda lihat semangat ribuan orang itu pada satu orang.”

Islam memerlukan aktivis, yang berkata dari hati sanubarinya apa yang dulu dikatakan Sa’ad bin Muadz Rahiyallahu Anhu kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Perang Badar, yang merupakan badai pertama yang menyerang negara Islam baru di Madinah, “Wahai Rasulullah, silakan kerjakan apa saja yang engkau inginkan. Kami bersamamu. Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, andai engkau membawa kami mengarungi laut, lalu engkau membawa kami mengarungi laut, lalu engkau menyelaminya, kami pasti menyelaminya bersamamu dan tidak ada satu pun dari kami yang tertinggal. Kami senang engkau membawa kami besok berhadapan dengan musuh.” (Diriwayatkan Ibnu Ishaq).

Sa’ad bin Muadz Radhiyallahu Anhu juga berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Sambunglah tali siapa saja yang engkau kehendaki dan putuslah tali siapa saja yang engkau inginkan. Serta, ambillah harta kami semaumu. Apa yang engkau ambil dari kami itu lebih kami sukai daripada apa yang engkau sisakan untuk kami.” Ini perkatan paling jujur dan agung seorang tentara kepada komandannya dalam sejarah. Perkataan itu menggerakan denyut kehidupan dan kejujuran. Kendati perkataan itu terucap lebih dari empat belas abad yang silam, namun pengaruhnya tidak lapuk hingga hari Kiamat.

Itu refleksi jujur tentang apa yang berkecamuk di perasaan kaum Anshar, di bawah pemimpin agung Sa’ad bin Muadz Radhiyallahu Anhu, sebelum terucap di lidahnya yang jujur. Perkataan itu juga meninggalkan bekas mendalam pada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang mulia, sering tersenyum sekaligus rajin berperang. Sungguh, perkataan itu amat menyenangkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan menyemangati beliau untuk terjun ke medan perang. Beliau bersabda, “Berangkatlah kalian dan jangan khawatir, karena Allah telah berjanji memberiku salah satu dari dua kelompok. Demi Allah, sekarang aku seolah-olah melihat tempat terbunuhnya orang-orang musyrik itu.” (Diriwayatkan Ibnu Ishaq).

Sekarang, Islam amat membutuhkan tentara-tentara di semua tempat, yang hati dan lidah mereka menyuarakan perkataan Sa’ad bin Muadz Radhiyallahu Anhu dia atas, sejujur dia, dan berkata dari hati mereka kepada pemimpin mereka seperti yang dikatakan pahlawan pemberani Al-Miqdad bin Amr. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, berangkatlah ke tempat yang perintahkan Allah. Kami selalu bersamamu. Demi Allah, kami tidak berkata seperti dikatakan orang-orang Bani Israel kepada Musa, ‘Berangkatlah engkau dengan Tuhanmu, lalu berperanglah engkau berdua, sedang kami duduk di sini.’ Namun, berangkatlah engkau bersama Tuhanmu, sedang kami ikut berperang bersamamu.” (Diriwayatkan Ibnu Ishaq).

Katakan kepada para pemimpin gerakan kalian “Kami tidak menonton kalian beramal untuk Islam, berdakwah, mengerjakan amar ma’ruf nahi munkar, menyuarakan kebenaran, dan berjihad di jalan Allah. Kami tidak akan berbuat seperti itu. Kami bersama kalian, kendati banyak rintangan dan kendala. Kami tidak membiarkan kalian berperang sendirian. Kami berperang bersama kalian, berkorban, berinfak, dan memberi bersama kalian. Laksanakan apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya kepada kalian. Berjalanlah ke tempat yang ditentukan Allah dan rasul-Nya.”

Islam menginginkan orang Muslim berkata kepada dirinya, “Adilkah aku istirahat enak-enak, sedangkan saudara-saudaraku kelelahan? Pantaskah aku tidur nyenyak, sementara saudara-saudaraku di tempat lain disiksa? Baikkah tidak beramal untuk Islam, padahal sekarang kaum Muslimin menjalani kehidupan berat dan perang melawan musuh?”
Orang Muslim perlu berkata kepada dirinya, seperti dikatakan Abu Khaitsamah ketika ia terlambat menyusul Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Tabuk, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam disengat terik matahari, terkena angin dan panas, sedang Abu Khaitsamah enak-enakkan berteduh di tempat sejuk, makanan siap santap, dikelilingi istri-istri cantik, dan dekat dengan hartanya? Tidak, ini tidak adil.” (Diriwayatkan Ibnu Ihsaq dan Ath-Thabrani).

Perkataan agung di atas harus dikatakan orang Muslim secara umum dan aktivis secara khusus kepada dirinya. Ia berkata kepada dirinya, “Sebagian saudara-saudaraku seagama disiksa, sebagian lain diusir dari negeri mereka tanpa mendapatkan tempat berlindung, sebagian lain terbunuh dan terluka, sedang aku hidup enak, makan makanan apa saja yang aku sukai, minum minuman paling enak, berteduh di tempat rindang, bergelimang kenikmatan, dan tidak beramal untuk Islam? Aku biarkan saudara-saudaraku sendirian menanggung beban berat ini? Ini tidak adil dan obyektif. Demi Allah, aku akan menyusul saudara-saudaraku, lalu berjihad dengan mereka, berkorban di jalan Allah dengan mereka, dan bersama mereka, hingga aku merasakan apa yang mereka rasakan dan mengemban beban yang mereka emban.”
Akhi, Islam menginginkan Anda meniru Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang diperintahkan Allah Ta’ala,

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Asy-Syarh: 7).

Maksudnya, jika engkau selesai mengerjakan ketaatan tertentu, maka lelahlah mengerjakan ketaatan lain. Dewasa ini kita membutuhkan taujih (pengarahan) Al Qur’an ini. Jika taujih ini kita paraktekkan di aktivitas keislaman kita, kita berhasil melakukan lompatan besar di perjalanan menuju kemenangan.
Taujih itu berkata kepada setiap orang Muslim, “Tidak ada lagi waktu istirahat. Jika Anda selesai melakukan salah satu ketaatan, segeralah kerjakan ketaatan lain. Jika Anda selesai melakukan salah satu aktivitas Islam, janganberhenti sampai di situ saja, karena merasa bangga dan cukup dengannya. Segeralah lelah mengerjaka amal lain.

Jika roda amal Anda untuk Islam telah berputar, maka nyaris tidak berputar lagi selama-lamanya, atau kendati bisa berputar setelah itu maka berputar dengan lamban. Kebaikan itu menunjukkan kepada kebaikan yang sama. Sebuah ketaatan mengajak kepada ketaatan yang sama. Kemalasan dan menganggur juga seperti itu. Ingatlah selalu bahwa Anda berada di salah satu perbatasan wilayah Islam. Karena itu, Islam jangan sampai diserang lawan dari arah Anda. Jangan lupa posisi Anda,kendati sebentar. Jika itu Anda lakukan, maka musuh menyerang membunuh Anda dan orang-orang yang bersama Anda.”

Siapa tidak mengairi sawahnya sekali saja, atau beberapa kali, maka sawahnya rusak dan tanaman menjadi tidak subur. Orang Muslim harus meneruskan aktivitas malamnya dengan aktivitas siangnya, aktivitas paginta dengan aktivitas petangnya, dan aktivitas musim hujannya dengan aktivitas musim kemaraunya, dalam rangka beramal di jalan Allah Ta’ala.

Apakah Anda tidak tahu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berperang sebanyak dua puluh tujuh kali ketika berumur lebih dari lima puluh tahun? Ini belum termasuk sejumlah sariyah (serangan kecil-kecilan) yang ingin beliau ikuti, lalu beliau batalkan, karena khawatir memberatkan para sahabat, seperti disebutkan di hadits. Saya sudah membaca biografi orang-orang paling banyak jihad dan kebaikannya pada zaman kita, tapi saya tidak menemukan sesuatu apa pun dari salah seorang dari mereka yang bisa disejajarkan dengan jihad Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, padahal usia mereka lebih muda dari usia beliau.
Mana orang-orang yang meneladani Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan pewaris kenabian? Mana orang-orang yang menapaktilasi jalan beliau? Betul sekali apa yang disebutkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di hadits,

“Manusia itu seperti seratus unta. Engkau nyaris tidak menemukan unta yang bisa dinaiki.” (Diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Kendati demikian, kita tidak lelah mencari “unta” yang bisa dinaiki, sanggup mengarungi beratnya perjalanan, sulitnya cuaca, minimnya perbekalan, dan beratnya beban.

0 komentar:

=============================================================
SOBAT SILAHKAN KIRIMKAN TULISAN ANDA DI KISAH JAWILAN
=============================================================
Nama
Email
No HP
Belajar
Judul
Kategori
Tulisan
Pesan

kirimkan Photo Penulis ke email : bakronilatar@yahoo.co.id Terimakasih Telah Berpartisipasi Tulisan di Kisah Jawilan, setelah mengirimkan tulisan mohon sms ke aa Rony di +6281280485019


=======================================================================
Komentar Terbaru
VISITOR KISAH JAWILAN MOHON TINGGALKAN PESAN DISINI

Mari Gabung Disini !!!

KISAH JAWILAN DAN NEGERI SABA' © 2008 Por A H.RONY