Admin : AA H. RONY KP.SABRANG, JAWILAN - SERANG - BANTEN 42177.Telp. +6281280485019 (Indonesia) dan +967715138399 (Yemen).
بـــسـم الله الرحمن الرحيم السّـلام عليكم ورحمة الله وبركاتـه بعد تحــية وبعــد ...... شهر رمضان المبارك والمعظم === أبعث لسعادتكم === بأخلص التهاني وأطيب التمنيات والأماني بالشهر الفضيل, تقبل الله منا ومنكم صيامنا وصيامكم, قيامنا وقيامكم... سائلين الله أن يعيده علينا وعليكم بالصحة والسعادة وأن يجعل الله العلي القدير هذا الشهر عليكم مباركا خيرا ويمنا.. وعلى أمتنا الإسلامية تقدما وازدهارا... وكل عام وأنتم والجميع بخير ولكم مني جزيل الشكر والتقدير وجزاكم الله الخير. والسّـلام عليكم ورحمة الله وبركاته أخوكم في الله الحاج بكراني لاتار
AA H. RONY DAN KELUARGA BESAR DI SABRANG SERTA SELURUH MASYARAKAT JAWILAN MENGUCAPKAN "SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1434 H SEMOGA KITA BISA MENJADI LEBIH BAIK DI HARI-HARI YANG AKAN DATANG"

KENDALA-KENDALA TAUBAT

KENDALA-KENDALA TAUBAT

Orang-Orang yang tidak Mau Masuk Surga
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Rdhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Semua untuku masuk surga, kecuali orang-orang yang tidak mau.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, siapa orang-orang yang tidak mau masuk surga?” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa taat kepadaku, ia masuk surga. Dan, barangsiapa tidak taat kepadaku, ia tidak mau masuk surga.” (Diriwayatkan Al-Bukhari).

Hadits di atas kabar gembira bagi kaum Muslim bahwa mereka kelak masuk surga, kecuali orang-orang yang tidak mau masuk surga. Orang-orang itu tidak mau masuk surga bukan karena tidak membutuhkan surga. Tapi, lebih disebabkan tidak tahu jalan menuju surga, malas masuk kedalamnya, dan lebih sreg dengan kenikmatan dunia yang fana ini daripada kenikimatan abadi di surga.

Seperti disabdakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di atas, masuk surga menuntut orang taat kepada beliau. Kata asha pada hadits di atas artinya tidak mau dan menolak masuk surga. Penolakan ini punya banyak sebab, dalam bentuk kendala-kendala yang membelenggu sebagian jiwa manusia dan menyebabkan mereka tidak bisa melakukan taubat nashuhah, yang notabene kunci masuk surga. Kendala-kendala itulah yang menyebabkan mereka tidak mau masuk surga, padahal mereka tahu kenikmatan abadi di dalamnya.
Kendala-kendala taubat itu banyak. Di antaranya, sebagai berikut:

1.Tidak Memberangus Berhala-Berhala
Hawa nafsu adalah berhala-berhala yang disembah selain Allah Ta’ala. Karena itu, Allah Ta’ala berfirman,

“Terangkan kepadaku orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya?” (Al-Furqan: 43)

Jadi, riba itu berhala. Zina itu berhala. Penipuan itu berhala. Mengumbar aurat itu berhala. Makan harta dari sumber tidak benar itu berhala. Dan, apa saja yang digemari jiwa dan dimurkai Allah Ta’ala itu berhala, yang disembah selain Allah.
Taubat tidak terealisir dengan maksimal, kecuali dengan memberangus seluruh berhala ini dan tidak membiarkannya hidup subur. Jika seseorang bertaubat, tapi semua berhala itu masih bersemanyan di jiwanya, maka itu taubat palsu, karena jiwa selalu menyuruh kepada kejahatan. Jika salah satu dari berhala ini bercokol di hati seseorang dan tidak diberangus, maka berhala itu merayu, menggoda, dan membuatnya rindu kembali kepada “tuhannya” tempo dulu.

Kalaupun ia menolak dan mampu bertahan, berhala itu tidak henti-hetinya menyerangnya, hingga ia kembali seperti dulu dan taubatnya gagal total, sebab ia tidak menghancurkan seluruh berhala di hatinya.
Karena itu, barangsiapa ingin taubatnya dinilai sebagai taubat nashuhah, ia harus menghancurkan apa saja yang mengaitkannya dengan masa lalunya. Kita dengar sebagian orang yang tadinya bertaubat tiba-tiba kembali kepada kesesatan lamanya, sebab ia tidak menghancurkan hal-hal yang mengingatkannya pada maksiat. Misalnya, alat musik, gambar porni, harta haram, persahabatan dengan wanita bukan muhrim (bagi laki-laki), minuman keras, NARKOBA, dan maksiat-maksiat lain. Kita juga saksikan sebagian orang tokoh berada dalam koridor taubatnya, sebab ia menghadapi apa saja yang mengaitkannya dengan apa saja yang dibenci Allah Ta’ala.

2.Tempat maksiat
Kendala taubat lain yang prinsipil ialah tidak merubah tempat dan lingkungan maksiat. Orang yang ingin selamat tidak boleh berdomisili di tempat “wabah”, sebab ia akan terkena “kuman” penyakit, atau menutup pintu rumahnya rapat-rapat, atau mengucilkan diri dari manusia, lali ia mati secara perlahan. Karena itu, di hadits tentang pembunuh seratus orang disebutkan orang shalih berkata kepada pembunuh itu yang bertaubat untuk terakhir kali di depannya, “Pergilah ke negeri ini dan itu (sambil menyebut negeri yang dimaksud), karena di sana ada orang-orang yang beribadah kepada Allah dan beribadahlah dengan mereka. Engkau jangan pulang ke negerimu, sebab negerimu rusak.” (Diriwayatkan Muslim).

Bagaimana taubat orang dari zina bisa baik jika ia masih bekerja di tempat pelacuran? Bagaimana taubat seseorang dari bersahabat dengan wanita dapat baik jia ia tetap mendatangi tempat-tempat kumpul wanita? Bagaimana taubat seseorang dari minuman keras bisa baik jika ia masih mengunjungi tempat-tempat penjualan minuman keras? Jadi, siapa saja bertaubat dengan taubat nashuhah harus meninggalkan tempat maksiat.

3.Hati Tertarik kepada Dosa
Ibnu Al-Qayyim menyebutkan di buku Madariju As-Salikin adanya fenomena taubat asal-asalan dan menyebutkan bentuk-bentuknya. Di antaranya, “Lemahnya tekad tidak kembali kepada maksiat, hati masih tertarik pada dosa dari hari ke hari, dan ingat keasyikan mengerjakannya. Kadang, seseorang menarik nafas panjang dan naik darahnya ingin bermaksiat lagi.”

Ketertarikan hati pada dosa terjadi akibat adanya futur (spiritual melemah), yang merupakan ekses dari lemahnya taqarrub kepada Allah Ta’ala, misalnya dengan membaca Al-Qur’an, dzikir secara rutin setelah setiap shalat wajib, qiyamul lail, puasa sunnah, bersedekah, muhasabah dan sarana-sarana taqarrub kepada Allah Ta’ala lainnya. Ketertarikan seperti itu membuat seseorang selalu diliputi perasaan was-was dan pikiran-pikiran dari setan dan bala tentaranya.

Jika seseorang takluk pada pikiran-pikiran seperti itu, tanpa menangkalnya dan mengalahkannya dengan kesadaran yang mengembalikannya ke jalan lurus, maka kadang membuatnya kembali kepada tempat sesat dan maksiat. Pikiran seperti itu dapat dikikis dengan perasaan selalu diawasi Allah Ta’ala, istighfar, dan minta perlindungan kepada-Nya dari setan yang terkutuk.

4.Lengah
Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam bersabda di hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu,

“Pezina tidak berzina jika ia beriman saat berzina. Pencuri tidak mencuri jika ia beriman saat mencuri. Seseorang tidak minum khamr jika ia beriman pada saat meminumnya.” (Diriwayatkan Muslim).

Ya, seseorang lengah kalau Allah Ta’ala mengawasinya saat ia mengerjakan seluruh kemaksiatan. Jika perasaan selalu merasa diawasi Allah Ta’ala tidak dimiliki orang Muslim, maka perjalanannya menuju akhirat lamban, bahkan statis dan tidak tertutup kemungkinan ia mengerjakan hal-hal yang merusak taubatnya. Dalam kondisi seperti itu, sulit baginya mengerjakan amalan-amalannya yang mendukung taubatnya. Karena itu, Ibnu Al-Qayyim, menyebutkan, di antara tanda taubat asal-asalan ialah, “Mata kering hingga tidak bisa menangis, lengah terus-menerus, dan pelakunya tidak mengerjakan amal-amal shalih yang tidak ia kerjakan sebelum bertaubat.”

Amal shalih tak ubahnya seperti bahan bakar bagi mobil. Mobil mustahil bisa berjalan tanpa bahan bakar. Kebersihan bodi dan warna menawan tidak banyak berarti bago mobil tanpa bahan bakar. bEgitu juga orang yang bertaubat. Jika ia tidak mengerjakan amal-amal shalih pascataubatnya, maka ia stagnant ketika bekal lamanya habis dan tidak pernah ia tambah. Amal-amal shalih tidak dapat dikerjakan tanpa adanya perasaan selalu merasa di awasi Allah Ta’ala di semua kondisi: perkataan, perbuatan, tidur, tidak tidur, diam, dan bergerak.

5.Tidak Merubah Teman
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Seseorang mengikuti agama teman akrabnya. Karena itu, hendaklah seorang dari kalian menimbang-nimbang dengan siapa ia harus berteman?”

Ini berarti seseorang mau tidak mau harus terpengaruh dengan teman akrabnya, baik pengaruh positif atau pengaruh negatif. Jika teman akrabnya orang shalih, maka pengaruhnya negatif. Jika orang yang yang bertaubat tidak beralih dari teman jahat kepada teman shalih, ia tidak dapat menghindarkan dirinya dari lingkaran pengaruh negatif dari teman-teman akrabnya yang jahat itu. bagaimana tidak, wong temannya si A menertawakan komitmennya dengan Islam, si B mengungkit-ungkit saat indah ketika begadang, si C ngobrol dengan wanita di depan matanya, si D membicarakan maksiatnya diluar negeri, ia tidak mendengar perkataan dzikir dan teman-temannya, yang masuk ke telinga hanya umpatan dan kata-kata jorok? Bagaimana mungkin orang bertaubat mampu tegar, wong “bom” maksiatnya mengincarnya siang malam? Apakah itu dari iblis manusia, setan, dan ia tidak mendapatkan orang yang mengingatkannya kepada Allah Ta’ala?

Kita sering menemui orang-orang yang tidak berganti teman-teman akrabnya dan menolak berteman dengan orang-orang shalih akibat termakan media informasi anti Islam, padahal mereka sebelumnya mendapatkan petunjuk dari Allah Ta’ala. Nasib mereka kemudian bisa di tebak, yaitu terpuruk setelah diberi petunjuk oleh Allah Ta’ala, bahkan lebih parah dari sebelumnya.
Teman jahat itu seperti alat peniup api milik ahli besi. Begitu sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari,

“Alat peniup api milik ahli besi bisa membakar rumahmu, atau pakaianmu, atau engkau mencium bau tidak enak darinya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari).

Ali bin Abu Thalib Radhitallahu Anhu berkata, “Anda jangan bersahabat dengan orang-orang jahat, sebab ia akan mempercantik perbuatan jahatnya kepada Anda dan menginginkan Anda seperti dia.”
Al-Manawi menukil perkataan seorang ulama, “Anda jangan berteman dengan orang-orang jahat, sebab kepribadian Anda akan menjiplak dari mereka tanpa Anda sadari. Kejahatan seseorang kepada temannya itu tidak hanya dengan perkataan dan perbuatannya. Tapi, juga dengan melihat kepadanya. Melihat foto atau gambar membuat seseorang berperilaku seperti perilaku orang yang ia lihat di foto atau gambar itu.”

6.Lupa Kematian dan Su’ul Khatimah
Seseorang mengalami kesulitan besar jika setiapkali ingin bertahan pada taubat nashuhah-nya, tapi pada saat yang sama, ia rindu ingin kembali ke masa lalunya. Ia terbuai angan-angan kosong dan kesehatan yang ia rasakan sekarang. Lalu, ia menyuruh dirinya menunda amal shalih dari waktu ke waktu. Ia lupa kematian yang kapan waktunya tidak diketahui siapa pun. Ia terkejut jika kematian datang kepdanya secara tiba-tiba saat ia dalam keadaan lengah dan ia pun mengalami su’ul khatimah (mati mengenaskan). Ia lupa detik-detik kritis ini dikehidupannya dan lupa detik-detik kritis itu penyebab yang menggalkan taubat seseorang.

0 komentar:

=============================================================
SOBAT SILAHKAN KIRIMKAN TULISAN ANDA DI KISAH JAWILAN
=============================================================
Nama
Email
No HP
Belajar
Judul
Kategori
Tulisan
Pesan

kirimkan Photo Penulis ke email : bakronilatar@yahoo.co.id Terimakasih Telah Berpartisipasi Tulisan di Kisah Jawilan, setelah mengirimkan tulisan mohon sms ke aa Rony di +6281280485019


=======================================================================
Komentar Terbaru
VISITOR KISAH JAWILAN MOHON TINGGALKAN PESAN DISINI

Mari Gabung Disini !!!

KISAH JAWILAN DAN NEGERI SABA' © 2008 Por A H.RONY