Admin : AA H. RONY KP.SABRANG, JAWILAN - SERANG - BANTEN 42177.Telp. +6281280485019 (Indonesia) dan +967715138399 (Yemen).
بـــسـم الله الرحمن الرحيم السّـلام عليكم ورحمة الله وبركاتـه بعد تحــية وبعــد ...... شهر رمضان المبارك والمعظم === أبعث لسعادتكم === بأخلص التهاني وأطيب التمنيات والأماني بالشهر الفضيل, تقبل الله منا ومنكم صيامنا وصيامكم, قيامنا وقيامكم... سائلين الله أن يعيده علينا وعليكم بالصحة والسعادة وأن يجعل الله العلي القدير هذا الشهر عليكم مباركا خيرا ويمنا.. وعلى أمتنا الإسلامية تقدما وازدهارا... وكل عام وأنتم والجميع بخير ولكم مني جزيل الشكر والتقدير وجزاكم الله الخير. والسّـلام عليكم ورحمة الله وبركاته أخوكم في الله الحاج بكراني لاتار
AA H. RONY DAN KELUARGA BESAR DI SABRANG SERTA SELURUH MASYARAKAT JAWILAN MENGUCAPKAN "SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1434 H SEMOGA KITA BISA MENJADI LEBIH BAIK DI HARI-HARI YANG AKAN DATANG"

Info Perkuliahan di Turki

SEPINTAS GAMBARAN PERKULIAHAN DI TURKI

“Begadang itu udah jadi keharusan buat mahasiswa!”, kalimat yang seharusnya ga mengherankan lagi bagi kawan – kawan mahasiswa pada umumnya. Tapi, sejujurnya kalimat sederhana dari temanku itu cukup membuat saya agak kaget. Karena selama satu tahun saya menjalani studi disini, saya masih bisa tidur dengan santai sebelum jam 10 malam dan menghabiskan (baca: membuang) waktu dengan mendownload dan menonton serial TV. Kalaupun saya “terpaksa” begadang, itupun karena aku penasaran dengan kelanjutan dari episode serial tv tersebut. :p

Kenapa saya bisa memiliki waktu luang sedemikian banyak, sedangkan teman – teman di tanah air kelimpungan mencari waktu untuk sekedar “bernapas”? Mungkin jawabannya terletak di sistem pendidikan yang cukup berbeda antara Turki dan Indonesia.

(perbandingan yang aku tuliskan, berdasarkan pengalaman menjalani studi di jurusan Teknik Kimia, Middle East Technical University dan curhatan – curhatan kawan mahasiswa/i di ITB dan UI)

Dosen adalah aspek penunjang utama suksesnya perkuliahan. Pada dasarnya, sistem pengajaran di kelas yang dilakukan oleh dosen – dosen di universitas di Turki, tidak jauh berbeda dengan dosen – dosen Indonesia. Dengan gaya pengajaran yang “ga peduli mahasiswa mau ngerti atau nggak”, mereka memberikan segala materi yang dibutuhkan untuk ujian. Tapi bukan berarti ga ada dosen yang asik ya! Seperti di belahan dunia manapun, dosen tetap aja ada yang ngebosenin, ada yang bikin kita pengen gantung diri, tapi ada pula yang bikin semangat, kembali ke pribadi dosennya masing – masing. Dari segi kualitas, meski kebanyakan dosen “hanya” mengambil gelar master dan doktornya di Turki, namun kualitas mereka tidak perlu dipertanyakan. Yaaaa, ga kalah lah dengan dosen ITB yang lulusan Hawaii itu J

Gimana dengan kelas – kelasnya? Kapasitas kelas cukup beragam, mulai dari hanya 20 mahasiswa/i sampai kurang lebih 400 mahasiswa/i dalam satu kelas. Fasilitas di dalam kelas pun beragam, ada yang hanya dilengkapi dengan papan tulis kapur, OHP, projector (modern), hingga kelas yang dilengkapi dengan sound system dan projector yang memadai untuk “menyulap” kelas itu menjadi bioskop setiap malam. Laboratorium – laboratorium yang ada di universitas saya pun sangat memadai. Departemen saya (teknik kimia) memiliki dua gedung yang didedikasikan untuk laboratorium departemen (bukan untuk kimia dasar, fisika dasar, atau apapun yang dasar – dasar). Ditambah lagi perpustakaan kampus saya yang sangat modern, untuk saat ini, bisa membuat mahasiswa/i Indonesia malu menjelaskan bagaimana keadaan perpustakaan di kampusnya.

Untuk fasilitas ajar, memang saya akui universitas – universitas Indonesia tertinggal cukup jauh. Saya pernah menghabiskan waktu melakukan berbagai eksperimen di Laboratorium Kimia MIPA di ITB dan UI dan tak terhitung berapa kali saya bolak – balik perpustakaan ITB dan UI, karena itu saya bisa memberikan perbandingan yang cukup objektif.

Ingat paragraf pembuka saya yang menyatakan betapa santainya saya di Turki? Karena memang hampir tidak ada PR menghinggapi kehidupan mahasiswa/i Turki. Mungkin hanya laporan laboratorium atau 10 soal singkat fisika per-minggunya atau yang separah – parahnya ya pelajaran Bahasa Inggris yang harus banyak melakukan “research” atau 5 lembar A4 di pelajaran departmental. Bahkan, ada kawan saya yang kuliah di Istanbul dan tidak pernah menerima PR apapun, selain laporan laboratorium! Bandingkan dengan anak UI dan ITB yang hari – harinya dihantui dengan presentasi – presentasi yang seabreg, tugas akhir tahun, seperti membuat “pelontar bermagnet” di FTI ITB, atau mengkonsepkan, membuat layout dan meng-coding sendiri game komputer bagi anak FASILKOM UI dan jangan lupa segudang karya tulis dan makalah yang menghantui hari – hari indah mahasiswa. Sahabat saya pun bergurau, bahwa fakultasnya, FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat di UI) sebenarnya adalah singkatan dari “Fakultas Kebanyakan Makalah”.

Tentu saja, ada positif dan negatif dari masing – masing sistem menyangkut tugas tersebut. Saya sendiri, yang notabene pemalas, lebih mencintai sistem Turki yang tidak memberikan banyak tugas kepada mahasiswa/i. Namun, saya tidak mampu meninjau dari sudut pandang akademis tanpa memasukkan pendapat subjektif saya, jadi, silakan nilai sendiri =)

Pada semester 3 / 4 biasanya mahasiswa/i Indonesia dibingungkan dengan pilihan lagi. Mereka harus memilih sub-jurusan / peminatan dari jurusan mereka masing – masing. Namun tidak demikian halnya di Turki (setidaknya di Fakultas Teknik di universitas saya). Jurusan yang disediakan di Turki sudah sangat beragam dan cukup spesifik, mungkin karena itu mereka tidak memberi pilihan peminatan lagi. Namun, tersedia cukup ruang untuk memilih mata kuliah, karena mulai dari semester 3, akan ada mata kuliah – mata kuliah pilihan, baik yang pilihannya terbatas maupun tidak.

Satu lagi perbedaan paling penting antara universitas di Indonesia dan Turki adalah skripsi. Tidak ada skripsi di Turki. Tidak ada skripsi, tidak berarti kerja lapangan juga tidak ada. Tetap ada kerja lapangan yang dilakukan di waktu musim panas bagi mahasiswa/i di Turki. Untuk Fakultas Teknik, kerja lapangan ini dilakukan dua kali, yaitu pada akhir tahun kedua dan akhir tahun ketiga. Untuk Fakultas MIPA, kerja lapangan hanya dilakukan satu kali (saya kurang tahu untuk jurusan Matematika). Untuk Fakultas Pendidikan, juga ada praktek mengajar (namun untuk detailnya saya kurang tahu). Sedangkan untuk program studi sosial, sejauh yang saya tahu, di universitas saya, tidak ada kerja lapangan. Di akhir kerja lapangan mahasiswa/i diharuskan membuat laporan yang kemudian di evaluasi oleh dosen yang bersangkutan. Kerja lapangan ini merupakan syarat kelulusan. Selain kerja lapangan, syarat kelulusan yang lain adalah mengambil pelajaran Bahasa Turki dan Sejarah Turki. Di universitas saya, dua pelajaran ini adalah pelajaran non-SKS, namun di beberapa universitas lain, dua pelajaran itu termasuk dalam penghitungan IPK.

Demikian garis besar perbedaan sistem yang cukup mencolok menurut saya antara universitas di Turki dan Indonesia.

by Brando
SUMBER http://ppiturki.blogspot.com/

0 komentar:

=============================================================
SOBAT SILAHKAN KIRIMKAN TULISAN ANDA DI KISAH JAWILAN
=============================================================
Nama
Email
No HP
Belajar
Judul
Kategori
Tulisan
Pesan

kirimkan Photo Penulis ke email : bakronilatar@yahoo.co.id Terimakasih Telah Berpartisipasi Tulisan di Kisah Jawilan, setelah mengirimkan tulisan mohon sms ke aa Rony di +6281280485019


=======================================================================
Komentar Terbaru
VISITOR KISAH JAWILAN MOHON TINGGALKAN PESAN DISINI

Mari Gabung Disini !!!

KISAH JAWILAN DAN NEGERI SABA' © 2008 Por A H.RONY