A. Prolog
Dalam dekade ini, term agama seolah-olah menjadi istilah yang terkesan mencemaskan, bahkan menakutkan bagi pemerhati dan pengamatnya. Mengapa demikian? Karena agama di genggaman sebagian pemeluknya justru sering tampil dengan wajah jauh kekerasan. Harus kita akui, dewasa ini masih saja muncul konflik, intoleransi, dan kekerasan atas nama agama.
Perspektif dunia keagamaan yang cenderung ashabiyah memang sangat berpotensi memecah belah kerukunan antara umat beragama, yang berujung pada saling klaim kebenaran, sehingga menimbulkan berbagai macam konflik yang berbasis SARA. Fenomena tersebut senantiasa muncul dan berkembang di negara kita, khususnya masyarakat akar bawah yang cenderung mudah terprovokasi. Akibatnya timbulah kekerasan yang meluas ke berbagai komunitas, sehingga realitas kehidupan beragama yang muncul adalah saling curiga mencurigai, saling tidak percaya, dan hidup dalam ketidak harmonisan.
Seluruh agama melalui kitab sucinya yang ditegaskan oleh para tokohnya menyepakati esensi toleransi, terlebih agama Islam yang kedepankan tagline rahmatan lil alamin. Toleransi merupakan bagian terpenting dalam konteks visi teologi (akidah) Islam, yang terimplementasikan dalam kajian dakwah. Ia sejatinya harus dikaji secara komprehensif dan diaplikasikan dalam kehidupan beragama serta bermasyarakat.
Para sejarawan menjelaskan, salah satu kunci keberhasilan Islam di jazirah Arab yang notabene bermasyarakat polytheis , dan diterimanya Islam di Melayu yang telah berbudaya dan berperadaban adalah karena faktor toleransi yang diajarkan Islam. Di mana nilai toleransi sungguh-sungguh diaplikasikan oleh penyebar Islam tempo itu.
oleh : Ahmad Syukron Amin Baca selengkapnya DOWNLOAD DISINI
0 komentar:
Posting Komentar