Hampir semua komunitas Muslim di kawasan Arab mempunyai jargon atau klaim guna melegitimasi posisinya, entah itu berasal dari perjanjian baru (baca; Al Qur’an) seperti ayat “fadkhulu al-misra, insyaAllahu aminin” bagi Egypt, maupun ucapan sang Utusan (baca; Hadist) “Al imanu Yamani wa al-hikmatu Yamaniyyah” untuk Yemen”.
Rasis dan Diskriminatif
Perbedaan yang paling menonjol antara masyarakat Yaman-dan mungkin juga masyarakat Arab secara general- dengan Indonesia adalah mayoritas masyarakat Yaman rasis dan diskriminatif terhadap agama non Islam. Seharusnya agama tidak menjadi syarat untuk memperoleh perlakuan yang sama di depan publik, karena agama adalah bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM), dan saya pikir rasisme dan diskriminasi bisa ‘bertahan’ disini karena faktor pendidikan di negara ini masih jauh dari harapan, yang selanjutnya menjadikan menjamurnya konservatisme di negara ini.
Suatu kekeliruan fatal yang harus dihindari oleh kaum Muslimin di negeri berpenduduk 22 juta jiwa ini adalah, memaksakan pemahaman keislaman mereka menjadi “Blue Print”-meminjam istilahnya JIL-, karena mayoritas mereka mengira, pemeluk Islam hanya “terbatas” bagi bangsa Arab. Maka jangan heran, jika bentuk wajah kita yang notabene mencerminkan ras melayu -dan karena tidak bisa membedakan, mereka memvonis wajah kita sama dengan ras cina- yang berarti bukan pemeluk Islam, dan bukan bagian dari saudara sesama Muslim. SELENGKAPNYA DOWNLOAD DISINI
Oleh: A. Syukron Amin *)
0 komentar:
Posting Komentar