Imam Siraj Wahaj Singa Alloh di Amerika

Imam Siraj Wahaj
Singa Alloh di Amerika

Asosiasi Mahasiswa Muslim (Muslim Students Association, MSA) dulu merupakan organisasi paying bagi kaum muslumyang tinggal di Amerika dan Kanada. Selama beberapa tahun lamanya cukup banyak mahasiswa muslim yang menjadi warga Negara Amerika Serikat dan menjadikan Negara ini sebagai rumah masa depan mereka.

Untuk memenuhi kebutuhan para warga Negara itu dibentuklah organisasi paying baru yang dinamakan Masyarakat Islam Amerika Utara, ISNA). Siraj Wahaj dan saya mendapatkan kehormatan untuk menjadi anggota Majelis Syuro pertama dan Dewan Eksekutif ISNA.

Hal itu mengharuskan kami untuk sering bertemu di markas besar ISNA di Indiana. Pertemuan kami biasanya berlangsung lama dan melelahkan. Dan biasanya jarang ada kesempatan untuk berbicara leluasa satu sama lain.

Hanya sedikit dari anggota ISNA yang mempunyai kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya mengenai masalah yang mereka hadapi. Dengan demikian, saya merasakan adanya kevakuman diantara para pemimpin nasional muslim itu.

Untunglah suatu hari saya mendapatkan kesempatan untuk makan siang bersama ikhwan saya, Siraj Wahaj, disela-sela waktu pertemuan Dewan Eksekutif ISNA. Saya ingin tahu bagaimana kisahnya hingga ia masuk Islam. Iapun menceritakan pengalamannya sebagai berikut:

Dulu saya menjadi anggota dari apa yang dinamakan Gerakan Muslim Kulit Hitam (Black Muslim Movement), yang keyakinannya sangat berbeda dengan keyakinan dan kebiasaan orang muslim pada umumnya.

Suatu ketika MSA mengadakan sebuah pelatihan musim panas untuk para pekerja komunitas. Kebetulan saya mengikuti pelatihan itu.

Acara pelatihan itu diawali dengan pembacaan ayat suci Al Quran oleh salah seorang saudara dari Sudan. Saya tidak bisa memahami bahasa Arab waktu itu. Namn pembacaan ayat suci Al Quran itu memberi pengaruh yang sangat dalam bagi saya waktu itu. Saya menangis tersedu-sedu. Semakin banyak ayat suci Al Quran itu dibaca, semakin banyak pula air mata saya jatuh menetes keluar, mengalir di pipi, terus menerus, lalu jatuh di baju. Padahal saya tidak mengerti satu katapun dalam bahasa Arab.

Saat itu saya berkata dalam hati, “apapun yang ia baca itu, kelihatannya adalah sesuatu yang nyata.” Maka jadilah saya seorang muslim Sunni tradisional.

Siraj, ikhwan kita ini sangat rajin belajar bahasa Arab. Dan akhirnya ia dapat menguasai bacaan Al Quran dan hadits. Tidak lama kemudian ia menjadi imam di Mesjid Taqwa di New York. Khutbah sholat jumat siraj Wahaj umumnya mengesankan. Banyak sekali pria dan wanita yang masuk, Islam melalui dirinya.